Untuk bisa sukses menjadi seorang staf di perusahaan dituntut untuk memiliki kecerdasan diatas rata – rata kecerdasan manusia umumnya. Secara anekdot dinyatakan bahwa seorang staf di perusahaan dituntut mempunyai kecerdasan rata – rata 200 % atau 100 % diatas kecerdasan rata – rata manusia pada umumnya. Untuk menjadi staf pemula di perusahaan, maka test IQ – test Kecerdasan Intelektual diperlukan agar memenuhi syarat minimum yaitu seorang yang cerdas. Jadi seorang staf di perusahaan tidak mungkin dari kalangan idiot.
Namun seorang staf di perusahaan juga seorang yang mampu mengendalikan emosinya, yaitu mempunyai Kecerdasan Emosional – Emotional Quotient – EQ yang baik . Emosi yang meledak – ledak tidak saja bisa membahayalan sang staf di perusahaan itu sendiri tetapi juga dapat membahayakan perusahaannya yang sekaligus membahayakan masa depan investasi para pemilik modal . Tapi staf di perusahaan yang tanpa emosi, perusahaannya akan melempem, oleh karena itu seorang staf / pejabat di perusahaan harus mempunyai emosi yang tinggi namun mampu dikendalikan, dimanfaatkan secara cerdas.
Seorang staf di perusahaan adalah juga seorang yang mempunyai Kecerdasan Kreatifitas – Creativity Quotient – CQ, agar mampu bersaing dengan perusahaan lainnya. Perusahaan yang maju adalah perusahaan yang mempunyai para staf di perusahaan yang kreatif untuk bersaing dan mampu menumbuh – kembangkan perusahaannya. Namun seorang staf di perusahaan dituntut juga menjadi seorang penganut agama yang saleh, mempunyai RQ – Religious Quotient – Kecerdasan Beragama yang baik.
Dan seorang staf di perusahaan juga seorang yang cerdas dalam mengamalkan Spiritual Quotient – SQ – Kecerdasan Spiritual yang tidak sekedar dapat membedakan yang halal dan yang haram , yang bermudharat, yang bermanfaat dan bermartabat yang tidak saja dari segi ajaran agama – RQ – Religious Quotient , tetapi juga kecerdasan dari tanggung jawab moral, etika dan integritas secara lebih luas lagi. Yang kemudian berkembang lagi menjadi ESQ – Emotional Spiritual Quotient – Kecerdasan emosi dan spiritual.
Melengkapi untuk menjadi staf di perusahaan yang pari purna yang mempunyai 200 % kecerdasan rata – rata, maka sekarang sedang dipopulerkan kecerdasan AQ – Adversity Quotient – Kecerdasan mengidentifikasikan masalah dan menanggulangi masalah serta mengambil keputusan secara cerdas, dengan baik dan benar. Sekarang makin terasa bahwa seorang staf di perusahaan bukan semata – mata mempunyai IQ yang baik, disertai EQ, CQ, RQ, SQ yang baik saja, tetapi juga mampu menerapkan AQ secara baik dan benar, sehubungan dengan keharusan penerapan Manajemen Risiko dan Good Corporate Governance karena risiko juga adalah sisi lain dari masalah yang perlu diatasi. Pelatihan ini dapat membantu perusahaan dalam untuk membentuk staf / pejabat di perusahaan yang pari – purna yang mempunyai kecerdasan 200 % dibanding manusia dari professi lainnya.
Sasaran Training Adversity Quotient
Setelah mengikuti Training Adversity Quotient ini, peserta diharapkan memiliki pengetahuan untuk:
Oleh karena calon staf di perusahaan telah mempunyai IQ yang baik maka AQ dapat dilatihkan untuk para staf pemula di perusahaan yaitu para Supervisor sampai calon Pemimpin ( Pemimpin Cabang ataupun Pemimpin Bagian di Kantor Pusat).
Untuk para staf di perusahaan yang bukan lagi pemula, workshop ini juga akan sangat berguna untuk revitalisasi dan atau mereview problem solving ability.
Namun manfaat utamanya pelatihan ini sudah barang tentu merupakan pelatihan kemandirian dalam mengidentifikasikan masalah dan menangani masalah secara cerdas sejalan dengan penerapan konsep Good Corporate Governance, prinsip kehati – hatian dan manajemen risiko.
Outline Training Adversity Quotient
Materi Training Adversity Quotient yang akan dibahas adalah :
- Latar Belakang AQ. Bagaimana mengidentifikasikan adanya masalah dan memperioritaskan penanganan masalah
- Case study bagaimana mengidentifikasi-kan adanya masalah dan memperioritaskan penanganan masalah
- Bagaimana mengidentifikasikan sebab yang paling mungkin timbulnya masalah
- Case study bagaimana mengidentifikasi-kan sebab yang paling mungkin timbulnya masalah
- Bagaimana mengidentifikasikan solusi yang paling mungkin terhadap masalah
- Case study bagaimana mengidentifikasi-kan solusi yang paling mungkin terhadap masalah
- Analisa kontijensi, bagaimana mengidentifikasikan masalah potensial yang dapat muncul yang akan menggagalkan solusi yang paling mungkin dan mempersiapkan tindakan pencegahan.
- Case study analisa kontijensi, bagaimana mengidentifikasikan masalah potensial yang dapat muncul yang akan menggagalkan solusi yang paling mungkin dan mempersiapkan tindakan pencegahan.
Metode Training Adversity Quotient
Training Adversity Quotient dilaksanakan dengan metode:
Pelatihan dilakukan secara experiential learning , yaitu pelatihan yang disertai juga dengan pengalaman aplikasi dari materi pelatihan. Dengan demikian perusahaan juga akan mendapat manfaat lainnya berupa masukan saran penyelesaian masalah yang sedang berlangsung di perusahaan. Oleh karena itu bahan pelatihan diambil dari masalah yang hidup dalam kegiatan perusahaan.
Facilitator Training Adversity Quotient
Tosman. SE., MA.
Akuntan tamatan FE – UI tahun 1970 dan MA dibidang Industrial Psychology dari De La Salle University Filipina dan telah memiliki pengalaman sebagai profesional bankir lebih dari tigapuluh tahun, dan sebagai Akuntan Pengajar lebih dari tigapuluh lima tahun, disamping Pengajar Manajemen SDM pada jenjang S2 pada beberapa Perguruan Tinggi . Memperoleh puluhan setifikat hasil menghadiri seminar – seminar dan workshop, yang akhirnya juga menjadi pembicara ataupun instruktur pada puluhan workshop dan seminar baik untuk aspek perbankan, pengawasan maupun Sumber Daya Manusia, disamping sebagai freelance consultant management keuangan, pengawasan, sistem dan procedure pada beberapa perusahaan