training tna

Sample Survey Untuk TNA

Survei ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan pelatihan karyawan, preferensi, dan kesenjangan yang dirasakan dalam hal pengetahuan atau keterampilan. Jangan ragu untuk menyesuaikan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan kebutuhan spesifik organisasi Anda. Berikut ini adalah contoh survei untuk melakukan Analisis Kebutuhan Pelatihan (TNA): 1.  Informasi Demografis Nama: Jabatan: Departemen: Tahun Pengalaman dalam Peran Saat Ini: 2.  Pelatihan dan Pengembangan Apakah Anda pernah menerima pelatihan formal atau kesempatan pengembangan profesional dalam satu tahun terakhir? (Ya/Tidak) Jika ya, sebutkan program pelatihan atau kursus yang Anda ikuti: 3.  Tanggung Jawab dan Keterampilan Pekerjaan Sebutkan tanggung jawab dan tugas utama yang terkait dengan jabatan Anda: Dalam skala 1 sampai 5, dengan 1 berarti rendah dan 5 berarti tinggi, nilailah kemahiran Anda dalam keterampilan berikut ini yang diperlukan untuk peran pekerjaan Anda: Keterampilan teknis: Keterampilan komunikasi: Keterampilan kepemimpinan: Keterampilan memecahkan masalah: Keterampilan kerja tim: 4.  Penilaian Kebutuhan Pelatihan Bidang atau keterampilan spesifik apa yang menurut Anda akan mendapat manfaat dari pelatihan atau pengembangan tambahan? Apakah ada teknologi, alat, atau proses baru yang menurut Anda memerlukan pelatihan untuk melakukan pekerjaan Anda dengan lebih efektif? Bidang pengembangan profesional atau pelatihan keterampilan lunak apa yang menurut Anda akan bermanfaat bagi pertumbuhan karier Anda? 5.  Preferensi Pelatihan Apa mode penyampaian pelatihan yang Anda sukai? (Tatap muka, online, campuran, mandiri, dll.) Apakah Anda lebih menyukai sesi pelatihan selama jam kerja atau di luar jam kerja? Bagaimana cara belajar yang Anda sukai? (Ceramah, latihan langsung, studi kasus, diskusi kelompok, dll.) Apakah Anda memiliki topik pelatihan khusus atau bidang minat yang ingin Anda jelajahi? 6.  Hambatan-hambatan dalam Pelatihan Apakah Anda pernah menghadapi hambatan atau tantangan dalam mengakses pelatihan atau peluang pengembangan profesional? Jika ya, sebutkan. Apakah Anda memerlukan akomodasi atau dukungan untuk berpartisipasi dalam program pelatihan? 7.  Umpan Balik dan Saran Apakah Anda memiliki umpan balik, saran, atau komentar tambahan mengenai pelatihan dan pengembangan dalam organisasi? 8.  Informasi Kontak (Opsional) Alamat email: Nomor Telepon: Ingatlah untuk meyakinkan peserta bahwa tanggapan mereka akan tetap dirahasiakan dan doronglah mereka untuk memberikan umpan balik yang jujur dan komprehensif. Gunakan kombinasi pertanyaan terbuka, skala penilaian, dan pilihan ganda untuk mengumpulkan beragam wawasan. Sesuaikan dan modifikasi survei agar sesuai dengan kebutuhan dan tujuan spesifik organisasi Anda.   Detail Lebih Lanjut tentang Tanggung Jawab dan Keterampilan Pekerjaan 1.  Tanggung Jawab Pekerjaan Berikan penjelasan singkat mengenai peran dan tanggung jawab pekerjaan Anda saat ini. Apa saja tugas dan aktivitas utama yang Anda lakukan secara rutin? Adakah proyek atau inisiatif tertentu yang Anda lakukan yang membutuhkan keahlian dan pengetahuan yang unik? 2.  Keterampilan yang Dibutuhkan Apa saja keterampilan teknis penting yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan Anda secara efektif? Mohon nilai tingkat kemahiran Anda dalam keterampilan teknis berikut ini dengan skala 1 hingga 5 (1 = kemahiran rendah, 5 = kemahiran tinggi): [Keterampilan Teknis 1] [Keterampilan Teknis 2] [Keterampilan Teknis 3] [Keterampilan Teknis 4] [Keterampilan Teknis 5] c. Apakah ada keterampilan teknis atau sertifikasi tambahan yang bermanfaat untuk peran pekerjaan Anda? 3.  Keterampilan Komunikasi dan Interpersonal Seberapa penting keterampilan komunikasi dan interpersonal dalam peran pekerjaan Anda? (Skala: 1 = Tidak penting, 5 = Sangat penting) Mohon beri nilai tingkat kemahiran Anda dalam keterampilan komunikasi dan interpersonal berikut ini dengan skala 1 sampai 5: Komunikasi verbal yang efektif Komunikasi tertulis dan dokumentasi Mendengarkan secara aktif Resolusi konflik Kolaborasi dan kerja sama tim 4.  Keterampilan Kepemimpinan dan Manajemen Apakah Anda berada dalam posisi manajerial atau penyelia? Jika ya, sebutkan posisi Anda. Keterampilan kepemimpinan dan manajemen apa yang dibutuhkan untuk posisi Anda? Mohon nilai tingkat kemahiran Anda dalam keterampilan kepemimpinan dan manajemen di bawah ini dengan skala 1 sampai 5: Pengambilan keputusan Pendelegasian Pemecahan masalah Pembinaan dan pendampingan Manajemen kinerja 5.  Keterampilan Lunak Apakah ada keterampilan lunak yang sangat penting untuk peran pekerjaan Anda? Jika ya, sebutkan. Mohon beri nilai tingkat kemahiran Anda dalam keterampilan lunak berikut ini dalam skala 1 sampai 5: Manajemen waktu Kemampuan beradaptasi dan fleksibilitas Pemikiran kritis Kecerdasan emosional Layanan pelanggan 6.  Keterampilan Masa Depan Apakah ada keterampilan atau tren yang sedang berkembang di industri Anda yang menurut Anda akan menjadi penting untuk peran pekerjaan Anda di masa depan? Jika ya, sebutkan. Keterampilan atau pengetahuan apa yang menurut Anda akan menjadi lebih relevan untuk peran Anda dalam beberapa tahun ke depan? Ingatlah untuk menyesuaikan pertanyaan-pertanyaan ini agar sesuai dengan peran dan tanggung jawab pekerjaan tertentu di dalam organisasi Anda. Kombinasi skala penilaian, pertanyaan terbuka, dan pilihan ganda dapat memberikan pemahaman yang komprehensif tentang keterampilan yang dibutuhkan untuk berbagai posisi.

Bagaiamana LMS (Learning Management System) Mendukung TNA

Sistem Manajemen Pembelajaran (Learning Management System/LMS) dapat memberikan dukungan yang berharga dalam melakukan Analisis Kebutuhan Pelatihan (TNA) dengan menawarkan berbagai fitur dan fungsi. Berikut ini adalah bagaimana LMS dapat membantu proses TNA: 1.  Survei Penilaian Kebutuhan Pelatihan LMS dapat memfasilitasi distribusi dan pengumpulan survei penilaian kebutuhan pelatihan. Hal ini memungkinkan Anda untuk membuat dan mengelola survei yang disesuaikan untuk karyawan, menangkap umpan balik dan tanggapan mereka secara elektronik. LMS dapat mengumpulkan dan menganalisis data survei, memberikan Anda wawasan tentang kesenjangan dan kebutuhan pelatihan. 2.  Pelacakan Keterampilan dan Kompetensi LMS dapat melacak dan mengelola keterampilan, kompetensi, dan sertifikasi karyawan. Dengan memanfaatkan kemampuan sistem, Anda dapat mengidentifikasi kesenjangan keterampilan, melacak kemajuan, dan menentukan kebutuhan pelatihan spesifik berdasarkan kompetensi yang diinginkan untuk setiap peran pekerjaan. 3.  Analisis Data Kinerja LMS dapat berintegrasi dengan sistem manajemen kinerja untuk mengakses dan menganalisis data kinerja. Dengan meninjau metrik kinerja, seperti indikator kinerja utama (KPI), penilaian supervisor, atau umpan balik pelanggan, Anda dapat mengidentifikasi area-area di mana karyawan mungkin memerlukan pelatihan atau pengembangan tambahan. 4.  Pelacakan Kepatuhan Pelatihan kepatuhan sering kali merupakan aspek penting dari TNA. LMS dapat melacak dan mengelola penyelesaian pelatihan kepatuhan dan sertifikasi karyawan. Hal ini membantu memastikan bahwa karyawan memenuhi persyaratan peraturan atau organisasi, dan mengidentifikasi kesenjangan atau kebutuhan pelatihan di bidang ini. 5.  Pelaporan dan Analisis Platform LMS menawarkan kemampuan pelaporan dan analitik untuk menghasilkan laporan terperinci tentang aktivitas pelatihan, tingkat penyelesaian, dan metrik kinerja. Laporan-laporan ini dapat memberikan wawasan tentang kebutuhan pelatihan, termasuk area di mana karyawan mungkin memerlukan pelatihan tambahan atau di mana program pelatihan saat ini tidak efektif. 6.  Jalur Pembelajaran yang Dipersonalisasi LMS dapat mendukung jalur pembelajaran yang dipersonalisasi untuk karyawan berdasarkan kebutuhan pelatihan masing-masing. Dengan menganalisis data TNA, sistem dapat merekomendasikan atau menetapkan modul atau kursus pelatihan tertentu untuk mengatasi kesenjangan atau area pengembangan yang teridentifikasi. 7.  Manajemen Konten Pembelajaran LMS dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan terpusat untuk konten pelatihan, termasuk modul e-learning, video, dokumen, dan sumber daya. Sentralisasi ini memungkinkan akses yang mudah ke materi pelatihan yang relevan berdasarkan kebutuhan yang teridentifikasi selama proses TNA. 8.  Pengembangan Program Pelatihan Berdasarkan temuan TNA, LMS dapat membantu dalam merancang dan mengembangkan program pelatihan. Hal ini memungkinkan Anda untuk membuat dan memberikan konten pelatihan yang disesuaikan, menjadwalkan sesi pelatihan, dan melacak kemajuan peserta saat mereka terlibat dengan materi pelatihan. 9.  Kolaborasi dan Komunikasi LMS dapat memfasilitasi kolaborasi dan komunikasi di antara para pemangku kepentingan yang terlibat dalam proses TNA. LMS ini menyediakan forum diskusi, chatting fitur, atau sistem pesan untuk mendorong interaksi, berbagi ide, dan pertukaran umpan balik antara pelatih, manajer, dan karyawan. 10.  Evaluasi dan Umpan Balik Berkelanjutan LMS memungkinkan pengumpulan umpan balik dan data evaluasi dari para peserta. Survei, kuis, atau penilaian pasca pelatihan dapat dimasukkan ke dalam sistem untuk mengumpulkan umpan balik mengenai efektivitas intervensi pelatihan dan mengidentifikasi kebutuhan pelatihan lebih lanjut. Dengan memanfaatkan kemampuan LMS, organisasi dapat menyederhanakan proses TNA, mengumpulkan data yang akurat, menganalisis kebutuhan pelatihan secara efisien, dan merancang intervensi pelatihan yang ditargetkan. LMS berfungsi sebagai alat yang ampuh untuk mendukung seluruh siklus pelatihan, mulai dari penilaian kebutuhan hingga penyampaian dan evaluasi pelatihan.   Fitur-fitur LMS yang Wajib dimiliki Ketika memilih Learning Management System (LMS), ada beberapa fitur yang dianggap penting untuk mendukung inisiatif pelatihan dan pembelajaran yang efektif. Berikut adalah beberapa fitur yang wajib dimiliki dan perlu dipertimbangkan ketika memilih LMS: 1.  Sistem Manajemen Konten (CMS) LMS harus memiliki CMS yang kuat yang memungkinkan Anda untuk mengunggah, mengatur, dan mengelola berbagai jenis konten pembelajaran, seperti modul e-learning, video, dokumen, dan penilaian. CMS harus mendukung berbagai format file dan menawarkan kemampuan penulisan dan pengeditan konten yang mudah. 2.  Manajemen Kursus LMS harus menyediakan fitur manajemen kursus yang komprehensif, termasuk kemampuan untuk membuat dan memberikan kursus, menetapkan prasyarat, menetapkan kriteria penyelesaian, dan mengelola pendaftaran peserta didik dan pelacakan kemajuan. LMS harus mendukung opsi pembelajaran yang dipimpin oleh instruktur dan pembelajaran mandiri. 3.  Manajemen Pengguna LMS harus memiliki fungsionalitas manajemen pengguna untuk mengelola profil, peran, dan izin akses peserta didik secara efisien. LMS harus memungkinkan pendaftaran pengguna yang mudah, pendaftaran, dan pelacakan kemajuan dan kinerja pelajar. 4.  Penilaian dan Pengujian LMS harus mendukung pembuatan dan administrasi penilaian dan kuis. LMS harus menyediakan berbagai jenis pertanyaan, opsi penilaian yang dapat disesuaikan, dan kemampuan untuk melacak dan melaporkan nilai dan kinerja peserta didik. 5.  Pelaporan dan Analisis LMS harus menawarkan kemampuan pelaporan dan analisis yang kuat untuk melacak dan mengukur efektivitas pelatihan. LMS harus menyediakan laporan, dasbor, dan visualisasi yang telah dibuat sebelumnya dan dapat disesuaikan untuk memantau kemajuan peserta didik, tingkat penyelesaian kursus, dan metrik utama lainnya. Kemampuan untuk mengekspor laporan dalam berbagai format juga bermanfaat. 6. Kompatibilitas Seluler Dalam dunia yang digerakkan oleh seluler saat ini, LMS harus memiliki kompatibilitas seluler atau desain responsif yang memungkinkan peserta didik untuk mengakses materi pelatihan dan menyelesaikan kursus di berbagai perangkat, termasuk ponsel cerdas dan tablet. Hal ini memastikan fleksibilitas dan aksesibilitas bagi peserta didik. 7.  Pembelajaran dan Kolaborasi Sosial LMS harus mendukung fitur pembelajaran dan kolaborasi sosial, seperti forum diskusi, fungsionalitas chatting, dan kemampuan untuk membuat komunitas 8.  Gamifikasi Fitur gamifikasi dapat meningkatkan keterlibatan dan motivasi pelajar. LMS harus menawarkan opsi untuk memasukkan elemen gamifikasi, seperti lencana, papan peringkat, poin, atau hadiah, untuk membuat pengalaman belajar lebih menyenangkan dan interaktif. 9.  Kemampuan Integrasi LMS harus memiliki kemampuan untuk berintegrasi dengan sistem dan alat lain, seperti HRIS (Sistem Informasi Sumber Daya Manusia), CRM (Manajemen Hubungan Pelanggan), atau alat pembuat konten. Integrasi memungkinkan pertukaran data tanpa hambatan, sistem masuk tunggal, dan fungsionalitas yang lebih baik. 10.  Dukungan dan Pelatihan Carilah LMS yang menyediakan dukungan teknis, dokumentasi, dan sumber daya pelatihan yang andal. Vendor harus menawarkan bantuan pelatihan dan orientasi untuk memastikan implementasi yang lancar dan membantu Anda memanfaatkan fitur-fitur LMS secara maksimal. Ini adalah beberapa fitur penting yang perlu dipertimbangkan ketika memilih LMS, namun persyaratan spesifik dapat bervariasi berdasarkan tujuan pelatihan, ukuran, dan industri organisasi Anda. Prioritaskan fitur-fitur yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan spesifik Anda dan evaluasi pilihan LMS yang berbeda.

12 Langkah Cara Melakukan FGD (Focus Group Discussion)

Melakukan Focus Group Discussion (FGD) melibatkan pengumpulan sekelompok individu yang dipilih untuk memfasilitasi diskusi yang dipandu tentang topik tertentu atau kebutuhan pelatihan. Berikut ini adalah panduan langkah demi langkah mengenai cara melakukan FGD secara efektif: 1.  Tentukan maksud dan tujuan Tentukan dengan jelas maksud dan tujuan FGD. Identifikasi topik pelatihan spesifik atau area fokus yang akan dibahas selama sesi berlangsung. 2.  Tentukan kriteria peserta Pilih peserta yang memiliki pengetahuan, pengalaman, atau perspektif yang relevan dengan topik pelatihan. Pertimbangkan untuk mengikutsertakan karyawan dari berbagai peran pekerjaan, departemen, atau level dalam organisasi untuk mengumpulkan wawasan yang beragam. 3.  Rencanakan logistik Tentukan logistik FGD, termasuk tanggal, waktu, durasi, dan lokasi. Pastikan bahwa tempat tersebut menyediakan lingkungan yang nyaman dan kondusif untuk berdiskusi. Pertimbangkan untuk menyediakan makanan dan minuman, jika diperlukan. 4.  Kembangkan panduan diskusi Siapkan panduan diskusi yang menguraikan pertanyaan-pertanyaan kunci dan topik-topik yang akan dibahas selama FGD. Panduan ini harus memiliki alur yang logis dan memfasilitasi diskusi yang terfokus dan mendalam. Sertakan pertanyaan terbuka untuk mendorong peserta berbagi pengalaman dan wawasan. 5.  Perkenalkan tujuan dan aturan Mulailah FGD dengan memperkenalkan tujuan dan sasaran kepada peserta. Jelaskan aturan diskusi, seperti menghargai pendapat orang lain, mengizinkan setiap orang untuk berbicara, dan menjaga kerahasiaan. Dorong peserta untuk berpartisipasi aktif dan berbagi perspektif mereka. 6.  Fasilitasi diskusi Sebagai fasilitator, pandu diskusi dengan mengikuti panduan diskusi yang telah disiapkan. Doronglah peserta untuk mengungkapkan pemikiran, pengalaman, dan saran mereka terkait topik pelatihan. Pastikan semua peserta memiliki kesempatan untuk berbicara dan berkontribusi dalam diskusi. Gunakan pertanyaan-pertanyaan yang menyelidik untuk menggali lebih dalam pada poin-poin tertentu atau mencari klarifikasi. 7.  Kembangkan lingkungan yang terbuka dan saling menghormati Ciptakan suasana yang terbuka dan tidak menghakimi di mana para peserta merasa nyaman untuk berbagi pandangan mereka. Doronglah peserta untuk mendengarkan secara aktif dan saling menghormati di antara para peserta. Kelola potensi konflik atau suara-suara dominan untuk memastikan partisipasi yang adil. 8.  Buatlah catatan yang komprehensif Tunjuk seseorang untuk membuat catatan rinci selama FGD. Catat wawasan, ide, saran, dan kutipan penting dari para peserta. Catatan ini akan berfungsi sebagai sumber daya yang berharga untuk analisis dan pelaporan. 9.  Rangkum dan klarifikasi Sepanjang diskusi, rangkum poin-poin utama secara berkala dan mintalah konfirmasi atau klarifikasi dari peserta. Hal ini akan memastikan bahwa Anda mendapatkan informasi yang akurat dan lengkap. Carilah konsensus atau sudut pandang yang berbeda pada topik tertentu untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif. 10. Akhiri dan ungkapkan apresiasi Akhiri FGD dengan merangkum poin-poin penting yang telah didiskusikan dan ungkapkan apresiasi atas waktu dan kontribusi peserta. Berikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau pertanyaan. 11.  Menganalisis data Setelah FGD, tinjau dan analisis catatan dan wawasan yang dikumpulkan. Identifikasi tema, pola, atau tren umum yang muncul dari diskusi. Temuan-temuan ini akan membantu menginformasikan analisis kebutuhan pelatihan dan inisiatif pelatihan selanjutnya. 12.  Laporan dan tindak lanjut Susunlah laporan yang merangkum temuan-temuan FGD, termasuk wawasan, saran, dan rekomendasi utama. Bagikan laporan tersebut kepada para pemangku kepentingan yang relevan dan gunakan sebagai dasar untuk perencanaan dan pengembangan pelatihan lebih lanjut. Ingatlah, keterampilan fasilitasi yang efektif sangat penting untuk memastikan FGD yang produktif dan bermakna. Fasilitator harus secara aktif mendengarkan, memandu diskusi, mengatur waktu, dan menciptakan lingkungan yang inklusif dan menarik bagi para peserta.

Bagaimana Melakukan Training Need Analysis

Melakukan Analisis Kebutuhan Pelatihan (TNA) melibatkan pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan karyawan untuk melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Berikut ini adalah panduan langkah demi langkah mengenai cara melakukan TNA: 1.  Tentukan tujuan dan ruang lingkup Perjelas tujuan dan ruang lingkup TNA. Tentukan peran pekerjaan atau departemen tertentu yang akan disertakan dalam analisis. 2.  Identifikasi pemangku kepentingan Mengidentifikasi para pemangku kepentingan utama yang akan terlibat dalam proses TNA. Hal ini dapat mencakup manajer, supervisor, personil SDM, dan para ahli di bidangnya. 3.  Kumpulkan informasi yang ada Kumpulkan dan tinjau kembali data, dokumen, evaluasi kinerja, deskripsi pekerjaan, dan catatan pelatihan yang ada. Hal ini akan memberikan pemahaman dasar tentang situasi saat ini. 4.  Tentukan metode pengumpulan data Pilih metode yang tepat untuk mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan pelatihan. Hal ini dapat mencakup survei, wawancara, kelompok fokus, observasi, evaluasi kinerja, atau analisis indikator kinerja utama. 5.  Kembangkan kuesioner atau panduan wawancara Jika survei atau wawancara merupakan bagian dari metode pengumpulan data Anda, kembangkan kuesioner atau panduan wawancara yang berfokus pada pengumpulan informasi yang relevan mengenai tugas-tugas pekerjaan, persyaratan pengetahuan, kesenjangan keterampilan, dan preferensi pelatihan. 6.  Kumpulkan data Kelola survei, lakukan wawancara, atau fasilitasi kelompok fokus untuk mengumpulkan data dari karyawan dan pemangku kepentingan lainnya. Pastikan kerahasiaan dan dorong umpan balik yang jujur. 7.  Menganalisis data Menganalisis data yang terkumpul untuk mengidentifikasi pola, tren, dan tema umum. Carilah area-area di mana terdapat kesenjangan kinerja atau di mana kebutuhan pelatihan khusus terlihat jelas. Kelompokkan tanggapan-tanggapan yang serupa untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan yang sama. 8.  Memprioritaskan kebutuhan pelatihan Berdasarkan analisis data, prioritaskan kebutuhan pelatihan yang telah diidentifikasi. Pertimbangkan faktor-faktor seperti dampak terhadap kinerja pekerjaan, keselarasan dengan tujuan organisasi, kelayakan pelaksanaan pelatihan, dan potensi pengembalian investasi. 9.  Kembangkan rencana aksi Kembangkan rencana aksi yang menguraikan inisiatif pelatihan yang direkomendasikan untuk memenuhi kebutuhan yang telah diidentifikasi. Tentukan tujuan, target audiens, konten, metode penyampaian, dan strategi evaluasi untuk setiap program pelatihan. 10.  Mendapatkan dukungan dan persetujuan Sampaikan temuan dan rencana tindakan yang diusulkan kepada pemangku kepentingan terkait, seperti manajemen atau SDM, untuk mendapatkan dukungan dan persetujuan atas inisiatif pelatihan. Tangani setiap pertanyaan atau kekhawatiran dan lakukan penyesuaian yang diperlukan. 11.  Melaksanakan rencana pelatihan Setelah rencana aksi disetujui, laksanakan inisiatif pelatihan yang sesuai. Hal ini dapat mencakup pengembangan materi pelatihan, penjadwalan sesi, penugasan pelatih, dan mengkomunikasikan rencana pelatihan kepada karyawan. 12.  Evaluasi dan tinjau ulang Pantau dan evaluasi terus menerus efektivitas program pelatihan. Kumpulkan umpan balik dari para peserta, nilai kinerja pasca pelatihan, dan lakukan penyesuaian yang diperlukan untuk meningkatkan inisiatif pelatihan di masa depan. Ingatlah, Analisis Kebutuhan Pelatihan adalah proses berkelanjutan yang harus ditinjau dan diperbarui secara berkala untuk memastikan bahwa upaya pelatihan selaras dengan perubahan kebutuhan organisasi dan persyaratan pengembangan karyawan secara individu.   Metode Pengumpulan Data TNA Ketika melakukan Training Needs Analysis (TNA), ada berbagai metode pengumpulan data yang dapat Anda gunakan untuk mengumpulkan informasi dan wawasan tentang kebutuhan pelatihan. Berikut adalah beberapa metode yang umum digunakan: 1.  Survei Survei melibatkan penyebaran kuesioner kepada karyawan untuk mengumpulkan pendapat, persepsi, dan penilaian diri mereka mengenai kebutuhan pelatihan. Survei dapat dilakukan dalam format berbasis kertas atau menggunakan alat survei online. Metode ini memungkinkan pengumpulan data kuantitatif dan dapat mencakup berbagai topik secara efisien. 2.  Wawancara Wawancara melibatkan diskusi empat mata atau diskusi kelompok dengan karyawan, supervisor, atau ahli di bidangnya untuk mengumpulkan data kualitatif yang mendalam. Wawancara memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi perspektif individu, mengklarifikasi tanggapan, dan mendapatkan wawasan yang terperinci mengenai kebutuhan pelatihan yang spesifik. 3.  Kelompok Fokus Kelompok fokus melibatkan diskusi kelompok yang difasilitasi dengan sekelompok karyawan atau pemangku kepentingan tertentu. Para peserta berbagi pengalaman, ide, dan saran terkait kebutuhan pelatihan dalam topik atau peran pekerjaan tertentu. Kelompok fokus mendorong interaksi dan eksplorasi sudut pandang yang berbeda. 4.  Pengamatan Observasi melibatkan pengamatan langsung terhadap karyawan yang sedang melakukan tugas pekerjaannya untuk mengidentifikasi kesenjangan keterampilan atau area yang membutuhkan pelatihan tambahan. diperlukan. Pengamatan dapat dilakukan oleh supervisor, pelatih, atau pengamat eksternal. Mereka memberikan pemahaman langsung tentang kinerja karyawan dan kebutuhan pelatihan. 5.  Evaluasi Kinerja Evaluasi kinerja melibatkan peninjauan data dan peringkat penilaian kinerja yang ada. Hal ini dapat memberikan wawasan tentang area tertentu di mana karyawan mungkin memerlukan pelatihan atau peningkatan tambahan. Evaluasi kinerja dapat menyoroti kesenjangan keterampilan atau area di mana kinerja berada di bawah ekspektasi. 6.  Analisis Pekerjaan dan Deskripsi Pekerjaan Melakukan analisis pekerjaan secara menyeluruh dan meninjau deskripsi pekerjaan dapat membantu mengidentifikasi pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi spesifik yang diperlukan untuk setiap peran pekerjaan. Informasi ini dapat menginformasikan kebutuhan pelatihan dengan menyelaraskannya dengan persyaratan pekerjaan. 7. Catatan Pelatihan Meninjau catatan dan riwayat pelatihan dalam organisasi dapat memberikan wawasan tentang inisiatif pelatihan sebelumnya, sertifikasi, atau kualifikasi yang diperoleh karyawan. Hal ini dapat membantu mengidentifikasi kesenjangan dalam pelatihan atau bidang-bidang yang mungkin memerlukan pelatihan penyegaran. 8.  Umpan Balik Pelanggan Mengumpulkan umpan balik dari pelanggan atau klien dapat memberikan wawasan tentang bidang-bidang di mana karyawan mungkin memerlukan pelatihan tambahan untuk memenuhi harapan pelanggan. Umpan balik pelanggan dapat menyoroti keterampilan atau kesenjangan pengetahuan tertentu yang berdampak pada kualitas layanan atau produk yang diberikan. 9.  Pembandingan dan Praktik Terbaik Melakukan kegiatan benchmarking dan meneliti praktik terbaik industri dapat memberikan wawasan tentang pendekatan pelatihan yang diadopsi oleh organisasi lain dalam industri atau peran pekerjaan yang serupa. Hal ini dapat membantu mengidentifikasi potensi kebutuhan pelatihan atau metode pelatihan yang inovatif. 10.  Data Berbasis Teknologi Memanfaatkan platform dan sistem teknologi, seperti sistem manajemen pembelajaran (LMS) atau alat manajemen kinerja, untuk mengumpulkan data yang terkait dengan tingkat penyelesaian pelatihan karyawan, metrik kinerja, atau penilaian keterampilan. Platform-platform ini dapat memberikan wawasan yang berharga mengenai kebutuhan pelatihan berdasarkan data yang objektif. Sering kali akan bermanfaat jika menggunakan kombinasi metode pengumpulan data untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang kebutuhan pelatihan. Pertimbangkan tujuan, sumber daya, dan kendala spesifik organisasi Anda ketika memilih metode yang paling tepat untuk TNA Anda.

Apa Itu Training Need Analysis

Analisis kebutuhan pelatihan / Training Need Analysis (TNA) adalah proses mengidentifikasi kesenjangan antara pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi karyawan yang ada saat ini dan yang diinginkan dalam suatu organisasi. Hal ini membantu menentukan kebutuhan pelatihan dan pengembangan yang diperlukan untuk menjembatani kesenjangan tersebut dan meningkatkan kinerja secara keseluruhan. Berikut ini adalah garis besar langkah-langkah yang terlibat dalam melakukan analisis kebutuhan pelatihan: 1. Identifikasi tujuan organisasi Mulailah dengan memahami tujuan strategis dan sasaran organisasi. Hal ini akan memberikan kerangka kerja untuk menyelaraskan inisiatif pelatihan dengan arah perusahaan secara keseluruhan. 2. Tentukan peran pekerjaan Identifikasi posisi-posisi kunci atau peran pekerjaan di dalam organisasi yang membutuhkan pelatihan. Tentukan tugas, tanggung jawab, dan keterampilan spesifik yang terkait dengan masing-masing peran. 3. Melakukan inventarisasi keterampilan Menilai keterampilan dan pengetahuan karyawan yang ada dalam peran pekerjaan yang telah diidentifikasi. Hal ini dapat dilakukan melalui survei, wawancara, evaluasi kinerja, atau observasi. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan individu atau kelompok. 4. Menentukan kesenjangan kinerja Membandingkan keterampilan dan pengetahuan karyawan saat ini dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjalankan peran mereka secara efektif. Identifikasi kesenjangan atau area yang perlu ditingkatkan. 5. Memprioritaskan kebutuhan pelatihan Setelah kesenjangan kinerja teridentifikasi, prioritaskan kebutuhan pelatihan berdasarkan dampaknya terhadap kinerja individu dan organisasi. Pertimbangkan faktor-faktor seperti urgensi, kepentingan, kelayakan, dan potensi peningkatan. 6. Tetapkan tujuan pelatihan Tentukan tujuan pelatihan yang jelas dan terukur yang dapat menjawab kebutuhan yang telah diidentifikasi. Tujuannya harus spesifik, dapat dicapai, relevan, dan terikat waktu. Tujuan tersebut harus fokus untuk menutup kesenjangan kinerja dan mendukung tujuan organisasi secara keseluruhan. 7. Pilih metode pelatihan yang sesuai Tentukan metode pelatihan yang paling sesuai dan pilihan penyampaiannya berdasarkan kebutuhan dan tujuan yang telah diidentifikasi. Hal ini dapat mencakup lokakarya, pelatihan di tempat kerja, e-learning, pembinaan, pendampingan, atau program pelatihan eksternal. 8. Mengembangkan program pelatihan Merancang dan mengembangkan program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang telah diidentifikasi. Buat konten, materi pembelajaran, dan alat penilaian yang relevan. Pertimbangkan konten dan metode penyampaian untuk memastikan efektivitas maksimum. 9. Melaksanakan pelatihan Melaksanakan program pelatihan dan menyediakan sumber daya dan dukungan yang diperlukan untuk memfasilitasi pembelajaran. Komunikasikan tujuan dan manfaat pelatihan kepada para peserta. Pantau kemajuan dan sesuaikan pelatihan sesuai kebutuhan. 10. Mengevaluasi efektivitas Menilai dampak dan efektivitas program pelatihan dengan mengumpulkan umpan balik dari para peserta dan mengevaluasi kinerja mereka sebelum dan sesudah pelatihan. Gunakan umpan balik ini untuk terus meningkatkan inisiatif pelatihan. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, organisasi dapat melakukan analisis kebutuhan pelatihan yang komprehensif untuk mengidentifikasi dan mengatasi kesenjangan dalam pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi karyawan mereka, yang mengarah pada peningkatan kinerja individu dan organisasi.   Menentukan kesenjangan kinerja di perusahaan Untuk menentukan kesenjangan kinerja di lingkungan perusahaan, Anda dapat mengikuti langkah-langkah berikut ini: 1. Menetapkan standar kinerja Tetapkan standar kinerja atau ekspektasi yang jelas untuk setiap peran pekerjaan di dalam organisasi. Standar ini harus menguraikan tugas-tugas utama, tanggung jawab, dan indikator kinerja yang diperlukan untuk kinerja pekerjaan yang sukses. 2. Kumpulkan data kinerja Kumpulkan data dan informasi mengenai kinerja karyawan melalui berbagai metode seperti evaluasi kinerja, metrik produktivitas, umpan balik dari pelanggan, ukuran jaminan kualitas, dan penilaian rekan kerja atau manajer. Gunakan data kuantitatif dan kualitatif untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang kinerja. 3. Menganalisis data kinerja Menganalisis data kinerja yang terkumpul untuk mengidentifikasi pola, tren, dan area yang perlu ditingkatkan. Bandingkan kinerja aktual dengan standar kinerja yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi kesenjangan dan area di mana kinerja kurang baik. 4. Mengidentifikasi akar permasalahan Menyelami lebih dalam kesenjangan kinerja untuk mengidentifikasi alasan yang mendasari atau akar penyebabnya. Hal ini dapat mencakup faktor-faktor seperti kurangnya pengetahuan atau keterampilan, sumber daya atau alat yang tidak memadai, ekspektasi yang tidak jelas, proses yang tidak efisien, atau kendala eksternal. 5. Mintalah umpan balik dari karyawan Lakukan survei, kelompok fokus, atau wawancara dengan karyawan untuk mengumpulkan perspektif mereka tentang tantangan kinerja dan area potensial untuk perbaikan. Karyawan sering kali memiliki wawasan yang berharga dan dapat memberikan umpan balik mengenai hambatan yang mereka hadapi dalam memenuhi ekspektasi kinerja. 6. Berkonsultasi dengan manajer dan supervisor Terlibatlah dalam diskusi dengan para manajer dan penyelia untuk mendapatkan wawasan mereka tentang kesenjangan kinerja. Mereka bekerja erat dengan karyawan dan dapat memberikan konteks dan pengamatan tambahan mengenai masalah kinerja. 7. Memprioritaskan kesenjangan kinerja Prioritaskan kesenjangan kinerja yang teridentifikasi berdasarkan dampaknya terhadap tujuan bisnis, kebutuhan pengembangan karyawan, dan kelayakan untuk ditingkatkan. Pertimbangkan urgensi dan pentingnya setiap kesenjangan untuk mengalokasikan sumber daya secara efektif. 8. Kembangkan strategi peningkatan kinerja Setelah kesenjangan kinerja diprioritaskan, kembangkan strategi untuk mengatasinya. Strategi ini dapat mencakup program pelatihan dan pengembangan, inisiatif pembinaan dan pendampingan, perbaikan proses, alokasi sumber daya, atau intervensi manajemen kinerja. 9. Menerapkan intervensi Menerapkan strategi dan intervensi yang telah diidentifikasi untuk menjembatani kesenjangan kinerja. Hal ini dapat mencakup penyediaan pelatihan yang ditargetkan, menawarkan dukungan pembinaan atau pendampingan, merevisi proses, menyediakan sumber daya tambahan, atau menyiapkan rencana peningkatan kinerja. 10. Memantau kemajuan dan mengevaluasi hasil Pantau terus kemajuan inisiatif peningkatan kinerja dan evaluasi efektivitasnya. Kumpulkan umpan balik dari karyawan dan manajer untuk menilai apakah intervensi yang dilakukan dapat menutup kesenjangan kinerja dan meningkatkan kinerja secara keseluruhan. Lakukan penyesuaian yang diperlukan untuk memastikan perbaikan yang berkelanjutan. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, organisasi dapat secara efektif mengidentifikasi dan mengatasi kesenjangan kinerja di lingkungan perusahaan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas, keterlibatan karyawan, dan kesuksesan organisasi secara keseluruhan.   Pilih metode pelatihan yang sesuai Ketika memilih metode pelatihan yang tepat, pertimbangkan sifat konten, tujuan pembelajaran, target audiens, dan sumber daya yang tersedia. Berikut adalah beberapa metode pelatihan yang umum untuk dipertimbangkan: 1. Pelatihan yang Dipimpin oleh Instruktur (ILT) Metode tradisional ini melibatkan seorang pelatih yang menyampaikan materi di ruang kelas atau lokakarya. Metode ini memungkinkan terjadinya interaksi langsung, diskusi kelompok, dan aktivitas langsung. ILT efektif untuk topik-topik yang kompleks atau interaktif yang membutuhkan interaksi langsung. 2. Pembelajaran elektronik (e-Learning) Pembelajaran elektronik atau e-learning melibatkan penggunaan platform dan teknologi digital untuk menyampaikan konten pelatihan. Ini menawarkan fleksibilitas, pembelajaran mandiri, dan aksesibilitas. E-learning dapat mencakup kursus online, webinar, ruang kelas virtual, atau modul interaktif. 3. Pelatihan di Tempat Kerja (OJT) Metode ini melibatkan pembelajaran dengan melakukan tugas-tugas di lingkungan kerja yang sebenarnya di bawah bimbingan seorang yang lebih

Online Training : Creating Training Needs Analysis

Tuntutan organisasi yang sejalan dengan tuntutan untuk bertahan dan atau memenangkan persaingan global, berdampak pada proses pengembangan karyawan. Dengan kata lain, pengembangan potensi karyawan dalam organisasi, merupakan kebutuhan yang tidak bisa di abaikan begitu saja. Dalam hal ini proses mengidentifikasi kebutuhan pengembangan karyawan menjadi concern utama dari departemen human resource, sehingga dapat mensinergikan antara strategi bisnis dengan pengisian kompetensi karyawan. Untuk itu langkah pertama yang harus dilakukan, setelah tahu business concern dari organisasi, maka divisi HRD akan mulai mengawali proses pengembangan karyawan untuk mengisi tuntutan organsiasi tersebut, dengan cara memetakan tingkat kebutuhan pelatihan, dimana nantinya memunculkan sebuah intervensi ,baik bersifat training maupun bersifat non-training (lingkungan). Pelatihan ini akan mengajak peserta untuk memahami keseluruhan proses TNA dan dampak akuratnya hasil TNA bagi keberhasilan organisasi, Selain itu para peserta akan dilatih untuk menggunakan tools TNA dimana pelatihan akan bersifat : Practical karena dilengkapi dengan form yang langsung dapat digunakan dan contoh nyata kasus di pekerjaan Inspiring dimana cara penyampaian instruktur akan membuat peserta tergerak untuk menerapkannya di pekerjaan Enjoyable dengan metode instruktur yang akan membuat pelatihan diselingi aktivitas yang sifatnya fun, sehingga peserta relaks dan antusias selama pelatihan Sasaran Pelatihan Setelah mengikuti pelatihan ini, para peserta diharapkan mampu: Memahami peran TNA dalam suksesnya pelatihan dan bisnis perusahaan Menganalisa kebutuhan pelatihan secarasistematis dan terstruktur Menggunakan alat bantu untuk menganalisa kebutuhan pelatihan Mampu menerapkan TNA dalam konteks pengembangan sumber daya manusia Outline Materi Peran TNA untuk menunjang suksesnya bisnis perusahaan Total Pengelolaan Pelatihan : BADDIE Business Concern, Analysis Needs, Design & Development, Implementation, Evaluation Pendekatan ”Human Performance Improvement” sebagai acuan untuk mendapatkan kebutuhan pelatihan. Penggunaan tools untuk menggali TNA Mikro Penggunaan tools untuk menggali TNA Makro TNA berbasis kompetensi Integrasi sistem dan tools TNA yang aplikatif Peserta Para karyawan bagian HRD yang memerlukan ketrampilan TNA.  Siapa saja yang ingin meningkatkan wawasan dan ketrampilan TNA  Metode Pelatihan Interaktif dimana peserta dengan bimbingan instruktur akan : Enhanced Lecture Group discussion Exercisepenggunaan tools Experiential simulation, such as : Role-play, games, and Skill practice Facilitator

Online Training : Training Needs Analysis (TNA) & Evaluation

Online Training Needs Analysis (TNA) & Evaluation mempelajari bagaimana peserta akan terampil menganalisa TNA, bagaimana mampu membuat krikulum yang tepat dan hal lainnya terkait dengan TNA. Deskripsi Salah satu tugas dan fungsi Human Resources Management adalah menjamin tersedianya man-power yang kompeten. Dalam konteks ini, pelatihan dan pengembangan memegang peran penting agar tenaga kerja yang tersedia selaras dengan visi, misi, nilai, dan strategi perusahaan.  Pelatihan dan pengembangan sebagai salah satu cara agar tercipta keselarasan antara kebutuhan bisnis dengan ketersediaan man-power yang kompeten. Namun seringkali perusahaan menyelenggarakan training yang tidak mendukung kebutuhan, yang tentu saja tidak memiliki efek positif untuk perusahaan atau organisasi ketika diukur. Pelatihan TNA  & Evaluation ini memberikan pemahaman kepada peserta untuk bisa merancang keburuhan training perusahaan denga efektif. Disamping itu akan diberikan cara mengevaluasi/mengukur keberhasilan dari suatu program pelatihan. Pelatihan ini cocok diikuti oleh bagian HR Department ataupun line manager ditugaskan sebagai trainer/instruktur pelatihan. Harapannya peserta mampu melakukan evaluasi dan mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dengan tepat agar investasi perusahaan membawa dampak yang signifikan. Manfaat Pelatihan Peserta akan terampil menganalisa TNA Mampu membuat krikulum yang tepat. Mampu menyelenggarakan pelatihan dengan efektif, serta Mampu mengevaluasi /mengukur keefektifan pelatihan yang telah diselenggarakan. Target Peserta Peserta dalam program Training need analysis ini adalah adalah para profesional yang bertanggung jawab dalam manajemen SDM maupun Diklat . Outline Materi Day1 & Day209:00 – 15:00 Sesi 1 Menganalisa kebutuhan training (TNA). 3 step TNA, dan analisa training dari symptom. Sesi 2 Competency Profiling. Menyusun Individual Development Plan. Membuat kurikulum yang tepat. Sesi 3 Mengenal beberapa metode belajar. Menyelenggarakan pelatihan dengan efektif. 4 step pengukuran efektivitas training dari Kirkpatric. Sesi 4 Mengukur ROTI (Return of Training Investment) collecting data (performance indicator & hard indicators) using control group trend line converting data to monetary value Facilitator Divdeni Syafri Berlatar belakang pendidikan di FISIP – Universitas Padjajdjaran Bandung, mengawali karir di perbankan. Hampir 20 tahun pengalaman kerja di PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk dengan memulai karir  sebagai: agent call center 24 jam selama 2 tahun, menangani informasi produk danamon berbagai keluhan nasabah, kemudian diangkat sebagai Manager Customer Care Center selama 8 tahun, menangani keluhan nasabah yang dimuat di media cetak, email, telepon, website, walk in customer dan mediasi perbankan yang melibatkan Bank Indonesia. Menjadi salah satu PIC yang tercatat di Bank Indonesia yang melaporkan keluhan nasabah khususnya keluhan financial sekaligus menjadi PIC untuk mediasi perbankan antara nasabah, Bank Danamon dan Bank Indonesia. Pengalaman selama 3 tahun menjadi Project Manager untuk Retail Banking Sales Development Program, membuat modul untuk Sales/marketing Bank Danamon seluruh Indonesia, kemudian mengajarkan kepada mereka dari Product knowledge, Skills,  Karakter/ Attitude sampai kepada Profesional Grooming sebagai seorang Bankers. Pengalaman selama 2 tahun menjadi Project Manager Retail Banking Network Support untuk perubahan system baru di Bank Danamon di tahun 2010 yaitu Winning Branch Model yang melibatkan para Pimpinan Cabang/ Branch Manager seluruh Indonesia. Pengalaman selama 5 tahun menjadi Senior Manager di Consumer Service Quality, membuat modul Service Excellence dan mengajarkan kepada semua karyawan di Bank Danamon, mulai dari Security, Teller, Customer Service, Marketing/ Sales Officer sampai kepada Branch Manager. Membuat program program antara lain : Branch Service Competition, E-Channel Competition, Service Coach for Leader dll. Setelah 20 tahun di Bank Danamon, melanjutkan karir sebagai Director Learning & Development di PT. Global Top Career. Tugas saya mengembangkan dan memperbaharui modul yang disesuaikan dengan permintaan klien, kemudian mempromosikan PT. Global Top Career ke berbagai perusahaan. Adapun klien yang pernah kita bantu adalah : Bank BNI 46 (konvensional dan syariah), Bank BRI (konvensional dan syariah), Bank Niaga, Bank Panin, PT. Garuda Indonesia, PT. Permata Indonesia, dll. Reward yang pernah saya dapatkan adalah : The Best Trainer & Facilitator from Danamon Corporate University The Best Curriculum Instructional System Design from Corporate University Xchange The Best Curriculum Development from corporate University Xchange

Online Training : Training Needs Analysis (TNA)

Online Training : Training Needs Analysis (TNA) mempelajari mengenai bagaimana menganalisa kebutuhan training, bagaimana langkah analisis kebutuhan training .Competency profiling, bagaimana menyusun individual development plan, dan hal lainnya terkait TNA Deskripsi Apakah karyawan Anda sudah mendapatkan pelatihan yang tepat dan bagaimana mengukur dampaknya? Seringkali program pelatihan yang diberikan kepada karyawan tidak selaras dengan kebutuhan. Bahkan dalam beberapa kasus tim HRD tidak tahu cara mengevaluasi tingkat keberhasilannya. Training Needs Analysis (TNA) merupakan sebuah metode untuk mengetahui kebutuhan pelatihan dalam suatu organisasi. Sistem pelatihan yang baik harus bisa menyediakan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan bisa dievaluasi tingkat keberhasilannya. Kami merancang online workshop untuk memberikan pembekalan secara utuh dalam menganalisis kebutuhan pelatihan. Hal yang dipelajari mulai dari membuat kurikulum sesuai kebutuhan organisasi, hingga cara menyelenggarakan pelatihan dengan efektif. Kemudian dipelajari juga cara mengevaluasi dan mengukur efektivitas pelatihan. Metode  Pelatihan Pembelajaran dengan metode video conference (live streaming). Pelatihan berlangsung selama 2 hari, total waktu 10 jam (5 jam per hari). Materi disampaikan dengan ceramah, tanya jawab, dan latihan. Outline Materi Day 1 & Day 209:00 – 15 :00 Facilitator Divdeni Syafri Berlatar belakang pendidikan di FISIP – Universitas Padjajdjaran Bandung, mengawali karir di perbankan. Hampir 20 tahun pengalaman kerja di PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk dengan memulai karir  sebagai: agent call center 24 jam selama 2 tahun, menangani informasi produk danamon berbagai keluhan nasabah, kemudian diangkat sebagai Manager Customer Care Center selama 8 tahun, menangani keluhan nasabah yang dimuat di media cetak, email, telepon, website, walk in customer dan mediasi perbankan yang melibatkan Bank Indonesia. Menjadi salah satu PIC yang tercatat di Bank Indonesia yang melaporkan keluhan nasabah khususnya keluhan financial sekaligus menjadi PIC untuk mediasi perbankan antara nasabah, Bank Danamon dan Bank Indonesia. Pengalaman selama 3 tahun menjadi Project Manager untuk Retail Banking Sales Development Program, membuat modul untuk Sales/marketing Bank Danamon seluruh Indonesia, kemudian mengajarkan kepada mereka dari Product knowledge, Skills,  Karakter/ Attitude sampai kepada Profesional Grooming sebagai seorang Bankers. Pengalaman selama 2 tahun menjadi Project Manager Retail Banking Network Support untuk perubahan system baru di Bank Danamon di tahun 2010 yaitu Winning Branch Model yang melibatkan para Pimpinan Cabang/ Branch Manager seluruh Indonesia. Pengalaman selama 5 tahun menjadi Senior Manager di Consumer Service Quality, membuat modul Service Excellence dan mengajarkan kepada semua karyawan di Bank Danamon, mulai dari Security, Teller, Customer Service, Marketing/ Sales Officer sampai kepada Branch Manager. Membuat program program antara lain : Branch Service Competition, E-Channel Competition, Service Coach for Leader dll. Setelah 20 tahun di Bank Danamon, melanjutkan karir sebagai Director Learning & Development di PT. Global Top Career. Tugas saya mengembangkan dan memperbaharui modul yang disesuaikan dengan permintaan klien, kemudian mempromosikan PT. Global Top Career ke berbagai perusahaan. Adapun klien yang pernah kita bantu adalah : Bank BNI 46 (konvensional dan syariah), Bank BRI (konvensional dan syariah), Bank Niaga, Bank Panin, PT. Garuda Indonesia, PT. Permata Indonesia, dll. Reward yang pernah saya dapatkan adalah :          

Training Needs Analysis (TNA) & Evaluation

Training Needs Analysis (TNA) & Evaluation mempelajari bagaimana menganalisa TNA,  apa 3 step TNA dan TNA dari symptom, bagaimana competency profiling,bagaimana membuat kurikulum yang tepat, bagaimana mengenal beberapa metode belajar., bagaimana menyelenggarakan training dengan efektif, apa 4 step pengukuran efektivitas training dari Kirkpatri, bagaiamana mengukur ROTI (Return of Training Investment) dan hal – hal lain terkait dengan TNA. Deskripsi Salah satu tugas dan fungsi Human Resources Management adalah menjamin tersedianya man-power yang kompeten. Dalam konteks ini, pelatihan dan pengembangan memegang peran penting agar tenaga kerja yang tersedia selaras dengan visi, misi, nilai, dan strategi perusahaan.Training Needs Analysis (TNA) Pelatihan dan pengembangan sebagai salah satu cara agar tercipta keselarasan antara kebutuhan bisnis dengan ketersediaan man-power yang kompeten. Namun seringkali perusahaan menyelenggarakan training yang tidak mendukung kebutuhan, yang tentu saja tidak memiliki efek positif untuk perusahaan atau organisasi ketika diukur.(TNA) PelatihanTraining Needs Analysis & Evaluation ini memberikan pemahaman kepada peserta untuk bisa merancang keburuhan training perusahaan denga efektif. Disamping itu akan diberikan cara mengevaluasi/mengukur keberhasilan dari suatu program pelatihan.(TNA) Pelatihan Training Needs Analysis cocok diikuti oleh bagian HR Department ataupun line manager ditugaskan sebagai trainer/instruktur pelatihan. Harapannya peserta mampu melakukan evaluasi dan mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dengan tepat agar investasi perusahaan membawa dampak yang signifikan.(TNA) Manfaat Pelatihan Peserta akan terampil menganalisa Training Needs Analysis Mampu membuat kurikulum yang tepat. Mampu menyelenggarakan pelatihan dengan efektif, serta Mampu mengevaluasi /mengukur keefektifan pelatihan yang telah diselenggarakan. Target Peserta Peserta dalam program Training need analysis ini adalah adalah para profesional yang bertanggung jawab dalam manajemen SDM maupun Diklat . Outline Materi Sesi 1 Menganalisa kebutuhan training (TNA). 3 step TNA, dan analisa training dari symptom. Sesi 2 Competency Profiling. Menyusun Individual Development Plan. Membuat kurikulum yang tepat. Sesi 3 Mengenal beberapa metode belajar. Menyelenggarakan pelatihan dengan efektif. 4 step pengukuran efektivitas training dari Kirkpatric. Sesi 4 Mengukur ROTI (Return of Training Investment) collecting data (performance indicator & hard indicators) using control group trend line converting data to monetary value Facilitator Divdeni Syafri Berlatar belakang pendidikan di FISIP – Universitas Padjajdjaran Bandung, mengawali karir di perbankan. Hampir 20 tahun pengalaman kerja di PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk dengan memulai karir  sebagai: agent call center 24 jam selama 2 tahun, menangani informasi produk danamon berbagai keluhan nasabah, kemudian diangkat sebagai Manager Customer Care Center selama 8 tahun, menangani keluhan nasabah yang dimuat di media cetak, email, telepon, website, walk in customer dan mediasi perbankan yang melibatkan Bank Indonesia. Menjadi salah satu PIC yang tercatat di Bank Indonesia yang melaporkan keluhan nasabah khususnya keluhan financial sekaligus menjadi PIC untuk mediasi perbankan antara nasabah, Bank Danamon dan Bank Indonesia. Pengalaman selama 3 tahun menjadi Project Manager untuk Retail Banking Sales Development Program, membuat modul untuk Sales/marketing Bank Danamon seluruh Indonesia, kemudian mengajarkan kepada mereka dari Product knowledge, Skills,  Karakter/ Attitude sampai kepada Profesional Grooming sebagai seorang Bankers. Pengalaman selama 2 tahun menjadi Project Manager Retail Banking Network Support untuk perubahan system baru di Bank Danamon di tahun 2010 yaitu Winning Branch Model yang melibatkan para Pimpinan Cabang/ Branch Manager seluruh Indonesia. Pengalaman selama 5 tahun menjadi Senior Manager di Consumer Service Quality, membuat modul Service Excellence dan mengajarkan kepada semua karyawan di Bank Danamon, mulai dari Security, Teller, Customer Service, Marketing/ Sales Officer sampai kepada Branch Manager. Membuat program program antara lain : Branch Service Competition, E-Channel Competition, Service Coach for Leader dll. Setelah 20 tahun di Bank Danamon, melanjutkan karir sebagai Director Learning & Development di PT. Global Top Career. Tugas saya mengembangkan dan memperbaharui modul yang disesuaikan dengan permintaan klien, kemudian mempromosikan PT. Global Top Career ke berbagai perusahaan. Adapun klien yang pernah kita bantu adalah : Bank BNI 46 (konvensional dan syariah), Bank BRI (konvensional dan syariah), Bank Niaga, Bank Panin, PT. Garuda Indonesia, PT. Permata Indonesia, dll. Reward yang pernah saya dapatkan adalah : The Best Trainer & Facilitator from Danamon Corporate University The Best Curriculum Instructional System Design from Corporate University Xchange The Best Curriculum Development from corporate University Xchange

Program Pembinaan Pengusaha Tempatan

Deskripsi Alternatif program Corporate Social Responsibility (CSR) yang telah teruji untuk pengembangan ekonomi masyarakat lokal Melalui Program Pembinaan Pengusaha Tempatan, Perusahaan dapat mengimplementasikan tanggung jawab sosial perusahaan di daerah operasi secara efektif. Program ini menyediakan pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat local (peserta program) dan sekaligus kesempatan terlibat di dalam proyek-proyek Perusahaan sebagai bahan praktikum berbisnis. Tidak hanya pekerjaan proyek, tetapi peserta juga didorong dan dibina untuk memiliki produk bisnis tersendiri. Jadi, peserta tidak hanya belajar teori tetapi juga praktek dan mengembangkan produk bisnis masing-masing secara terpadu. Adapun tujuan dari program ini yaitu menghasilkan pengusaha lokal yang mampu berbisnis secara professional dan mandiri. Dibandingkan dengan program CSR lainnya, program ini memiliki keunggulan yaitu mampu membuat peserta program tidak terus-menerus bergantung kepada Perusahaan. Di beberapa perusahaan besar, program serupa dikenal dengan nama Local Business Development (LBD) dan telah mampu meraih rating tertinggi Emas dalam Program Penilaian Peringkat Perusahaan (disingkat PROPER) yang diselenggarakan setiap tahun oleh Kementerian Lingkungan Hidup sejak tahun 2007. Program ini telah teruji dan terbukti keberhasilannya. Tidak hanya bertujuan untuk pengembangan ekonomi, program ini dapat bersinergi dengan bidang program CSR lainnya seperti Kesehatan, Pendidikan dan Lingkungan. Perusahaan juga akan mendapat keuntungan dalam hal ketersediaan mitra lokal yang mampu memenuhi kebutuhan Perusahaan di daerah operasi baik barang maupun jasa. Juga secara tidak langsung, para mitra lokal binaan ini dapat menjadi agent of change bagi Perusahaan yang mendukung keberlangsungan operasi di daerah secara kondusif. Tujuan Pelatihan Setelah mengikuti Pelatihan Program Pembinaan Pengusaha Tempatan ini, peserta diharapkan memiliki pengetahuan untuk: Memahami bagaimana sebuah program CSR (Community Development) bisa berhasil Memahami peran program pembinaan pengusaha tempatan dalam bersinergi dengan bidang-bidang program Community Development lainnya Memahami seluk-beluk program pembinaan pengusaha tempatan Memahami skema kontrak kerjasama dengan pihak ketiga (konsultan provider) yang menjamin keberhasilan program Bermanfaat untuk mengoptimalkan program-program CSR yang telah dijalankan sebelumnya Bermanfaat untuk ikut serta dalam program PROPER KLH Bermanfaat untuk mendukung kelancaran operasi perusahaan di daerah operasi Metode Pelatihan Training Program Pembinaan Pengusaha Tempatan dilaksanakan dengan metode: Selain pemaparan materi, pelatihan akan dijalankan dengan banyak diskusi dan sharing pengalaman dari para peserta. Di kelas pelatihan juga akan dihadirkan salah seorang pengusaha binaan yang telah sukses mengikuti program ini. Outline Materi Materi training yang akan di bahas topik Program Pembinaan Pengusaha Tempatan adalah : Kesalahan yang biasa terjadi dalam pelaksanaan program CSR Visi program CSR yang mandiri dan berkelanjutan Hubungan antara program CSR dengan pelatihan keterampilan bisnis Tujuan dan peran program pembinaan pengusaha tempatan Stakeholder program pembinaan pengusaha tempatan Alur, persyaratan, seleksi dan tes peserta program Skema program pembinaan pengusaha tempatan Bentuk-bentuk pembinaan dan cakupan materi yang diberikan Kompetensi dan indikator keberhasilan program Indikator keberhasilan program menurut kriteria PROPER Macam-macam materi kewirausahaan dan kisi-kisinya Hubungan dengan dasar-dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) Pelaksanaan pelatihan dan coaching yang efektif Jenis proyek yang bisa diberikan sebagai bahan praktikum Skema kontrak kerjasama dengan pihak ketiga untuk implementasi program Key Performance Indicator kontrak yang menjamin kemandirian peserta program Facilitator Agustinar Ginanjar & Sri Purwadi, St., Mm Agustinar Ginanjar Praktisi dan konsultan pengembangan sumber daya manusia selama lebih dari 15 tahun. Pengalaman konsultan antara lain di IPMI Management Development Center (Institut Pengembangan Manajemen Indonesia) dan MUC Consulting Group. Pengalaman praktisi antara lain sebagai pembina (coaching & counseling) dari lebih 100 perusahaan lokal binaan Chevron Indonesia (program pembinaan ini telah berhasil meraih penghargaan tertinggi tahunan PROPER Emas dari Kementrian Lingkungan Hidup sejak tahun 2010). Juga sebagai tim penulis Buku : A Journey To Gold, KLH Juni 2013, bagian Local Business Development. Menamatkan pendidikan Psikologi dari Universitas Indonesia dan menerapkan gaya belajar yang participant centered serta Visual-Auditori-Kinestetik untuk proses belajar yang optimal. Pakar dalam interpretasi DISC test dan penerapan langsung di tempat kerja. Klien yang pernah ditangani antara lain, Indosat, DHL, Trelleborg, Saraswanti Indo Genetech dan YMPG Matsushita Gobel. Sri Purwadi, St., Mm Tenaga ahli dengan latar belakang praktisi selama lebih dari 15 tahun di berbagai industri seperti manufacturing, fabrication, petrochemical dan dengan posisi terakhir sebagai praktisi HSE di Chevron Geothermal Indonesia. Menangani konsultasi, training dan audit di berbagai perusahaan besar seperti Nusa Halmahera, Gold Mining, Pertamina Talisman, Krakatau Engineering, Total Indonesia, Gobel Darma Sarana Karya, Agung Concern, PLTGU-PLN Cilegon, Commonwealth Steel, VICO dan lain-lain. Beliau pernah berhasil membawa Amoco meraih rating Green (kriteria Health, Safety, dan Environment) dalam program PROPER KLH Tahun 2011.

Creating Training Needs Analysis

Creating Training Needs Analysis (TNA) akan mengajak anda untuk memahami keseluruhan proses TNA dan dampak akuratnya hasil TNA bagi keberhasilan organisasi. Serta akan dilatih untuk menggunakan tools TNA dimana pelatihan bersifat Practical dan Inspiring. Deskripsi Tuntutan organisasi yang sejalan dengan tuntutan untuk bertahan dan atau memenangkan persaingan global, berdampak pada proses pengembangan karyawan. Dengan kata lain, pengembangan potensi karyawan dalam organisasi, merupakan kebutuhan yang tidak bisa di abaikan begitu saja. Dalam hal ini proses mengidentifikasi kebutuhan pengembangan karyawan menjadi concern utama dari departemen human resource, sehingga dapat mensinergikan antara strategi bisnis dengan pengisian kompetensi karyawan. Untuk itu langkah pertama yang harus dilakukan, setelah tahu business concern dari organisasi, maka divisi HRD akan mulai mengawali proses pengembangan karyawan untuk mengisi tuntutan organsiasi tersebut, dengan cara memetakan tingkat kebutuhan pelatihan, dimana nantinya memunculkan sebuah intervensi ,baik bersifat training maupun bersifat non-training (lingkungan). Pelatihan TNA akan mengajak peserta untuk memahami keseluruhan proses TNA dan dampak akuratnya hasil TNA bagi keberhasilan organisasi, Selain itu para peserta akan dilatih untuk menggunakan tools TNA dimana pelatihan akan bersifat : Practical karena dilengkapi dengan form yang langsung dapat digunakan dan contoh nyata kasus di pekerjaan Inspiring dimana cara penyampaian instruktur akan membuat peserta tergerak untuk menerapkannya di pekerjaan Enjoyable dengan metode instruktur yang akan membuat pelatihan diselingi aktivitas yang sifatnya fun, sehingga peserta relaks dan antusias selama pelatihan Sasaran Pelatihan Setelah mengikuti Creating Training Needs Analysis ini, peserta diharapkan memiliki pengetahuan untuk: Memahami peran TNA dalam suksesnya pelatihan dan bisnis perusahaan Menganalisa kebutuhan pelatihan secarasistematis dan terstruktur Menggunakan alat bantu untuk menganalisa kebutuhan pelatihan Mampu menerapkan TNA dalam konteks pengembangan sumber daya manusia Target Peserta Creating Training Needs Analysis ini ditujukan untuk para Para karyawan bagian HRD yang memerlukan ketrampilan TNA.  Siapa saja yang ingin meningkatkan wawasan dan ketrampilan TNA Outline Materi Materi Creating Training Needs Analysis yang akan dibahas adalah Peran TNA untuk menunjang suksesnya bisnis perusahaan Total Pengelolaan Pelatihan : BADDIE Business Concern, Analysis Needs, Design & Development, Implementation, Evaluation Pendekatan ”Human Performance Improvement” sebagai acuan untuk mendapatkan kebutuhan pelatihan. Penggunaan tools untuk menggali TNA Mikro Penggunaan tools untuk menggali TNA Makro TNA berbasis kompetensi Integrasi sistem dan tools TNA yang aplikatif Facilitator ADI WIJAKSANA, Drs.Psi, CH, CHT Adi telah memiliki 20 tahun pengalaman sebagai professional di bidang HR dengan spesialisasi : creativity and innovation, character building, motivation, pengembangan system HR. Selama kurun waktu tersebut Adi terus-menerus mengembangkan metode peningkatan kapasitas personal yang dampaknya dapat dilihat secara individu maupun organisasi dimana terbangunnya sinergi. Adi memiliki latar belakang pendidikan lulusan psikologi UI dan latar belakang professional sebagai praktisi HR di perusahaan global dan nasional selama 12 tahun dan lebih dari 8 tahun sebagai konsultan HR diberbagai industri manufaktur, servis, dan perbankan seperti Nestle, Semen Gresik, BCA, Bank Mandiri, dll.

9684
× Ada yang bisa dibantu? Available from 06:00 to 23:00 Available on SundayMondayTuesdayWednesdayThursdayFridaySaturday