Beberapa Metode Dan Pertimbangan Umum Untuk Penilaian Aset Tidak Berwujud
Penilaian aset tak berwujud melibatkan penentuan nilai moneter dari aset yang tidak memiliki keberadaan fisik namun berkontribusi secara signifikan terhadap nilai dan kinerja perusahaan. Aset-aset ini dapat mencakup kekayaan intelektual, ekuitas merek, hubungan dengan pelanggan, paten, merek dagang, perangkat lunak, dan banyak lagi. Menilai aset tak berwujud adalah hal yang kompleks dan sering kali membutuhkan penggunaan berbagai metode dan pendekatan. Berikut adalah beberapa metode dan pertimbangan umum untuk penilaian aset tak berwujud:
1. Pendekatan Biaya
Pendekatan ini menghitung nilai aset tak berwujud berdasarkan biaya untuk membuat atau menggantinya. Pendekatan ini mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan, mematenkan, merek dagang, atau mengakuisisi aset. Namun, metode ini mungkin tidak menangkap nilai pasar yang sebenarnya jika faktor-faktor seperti keusangan atau perubahan kondisi pasar tidak dipertimbangkan.
2. Pendekatan Pasar
Pendekatan pasar menggunakan pembanding, seperti transaksi terkini yang melibatkan aset takberwujud serupa. Metode ini bergantung pada asumsi bahwa harga pasar mencerminkan nilai aset yang sebenarnya. Namun, menemukan pembanding langsung dapat menjadi tantangan, terutama untuk aset takberwujud yang unik atau khusus.
3. Pendekatan Pendapatan
Pendekatan pendapatan menilai aset tak berwujud berdasarkan pendapatan atau arus kas yang diharapkan di masa depan. Metode ini sering digunakan untuk aset dengan potensi menghasilkan pendapatan, seperti paten, hak cipta, dan hubungan pelanggan. Metode berbasis pendapatan yang umum digunakan termasuk Metode Pembebasan dari Royalti dan Metode Pendapatan Berlebih Multi Periode.
4. Metode Keringanan Royalti
Pendekatan ini memperkirakan royalti yang harus dibayar perusahaan untuk menggunakan aset tak berwujud serupa jika tidak memilikinya. Estimasi royalti berfungsi sebagai proksi untuk nilai aset.
5. Metode Laba Berlebih Beberapa Periode
Metode ini mengestimasi nilai sekarang dari arus kas masa depan yang dihasilkan oleh aset tidak berwujud, dikurangi pengembalian yang wajar atas aset berwujud dan modal kerja yang dibutuhkan. Metode ini sangat berguna untuk menilai hubungan pelanggan dan aset tidak berwujud lainnya yang terkait erat dengan perolehan pendapatan.
6. Metode Penetapan Harga Opsi
Metode ini, yang sering digunakan untuk menilai opsi riil, juga dapat diterapkan pada aset tak berwujud tertentu. Metode ini didasarkan pada gagasan bahwa aset tak berwujud memberi perusahaan opsi untuk pertumbuhan atau ekspansi di masa depan.
7. Metode Pembebasan dari Royalti
Pendekatan ini menghitung nilai sekarang dari pembayaran royalti yang diharapkan yang akan dihindari perusahaan dengan memiliki aset tak berwujud. Nilai yang diperoleh mewakili penghematan atau manfaat dari memiliki aset tersebut.
8. Faktor Kualitatif
Menilai aset tidak berwujud juga melibatkan pertimbangan faktor-faktor kualitatif seperti lanskap persaingan, tren industri, keunikan aset, permintaan pasar, dan lingkungan ekonomi secara keseluruhan.
9. Pertimbangan Hukum dan Peraturan
Menilai aset takberwujud juga memerlukan pertimbangan faktor hukum dan peraturan yang dapat memengaruhi penggunaan, kepemilikan, atau pengalihan aset.
10. Keahlian
Penilaian aset tak berwujud bisa jadi rumit, membutuhkan keahlian khusus di bidang keuangan, hukum, kekayaan intelektual, dan industri spesifik yang bersangkutan. Banyak perusahaan menyewa perusahaan penilai profesional dengan pengalaman di bidang ini.
Pada akhirnya, metode penilaian yang tepat untuk aset takberwujud tertentu bergantung pada karakteristik aset, tujuan penilaian, data yang tersedia, dan preferensi penilai. Adalah hal yang umum untuk menggunakan kombinasi metode untuk melakukan triangulasi nilai yang wajar untuk aset tidak berwujud.