Sebenarnya kata governance bermula dari literatur administrasi dan ilmu politik. Adalah Woodrow Wilson – yang kemudian menjadi Presiden Amerika Serikat ke 27 – memperkenalkan kata ini 125 tahun yang lalu. Kata “governance” diterjemahkan menjadi tata-pemerintahan atau pengelolaan pemerintahan, terutama saat lembaga pembiayaan internasional menetapkan “good governance” sebagai persyaratan utama untuk setiap program bantuan mereka.
Kata governance mulai masuk ke dunia bisnis di 1990an, terutama sejak banyak kejadian yang menunjukkan lemahnya pengawasan BOD dan BOC terhadap hak-hak stakeholders (lihat Kontan edisi sebelumnya). Maka mulailah banyak tuntutan (World Bank, IMF, APEC, OECD) agar GCG dilaksanakan secara konsisten dan komprehensif. Diyakini bahwasanya GCG tidak hanya akan membantu perusahaan untuk dapat tumbuh cepat dan kokoh, namun juga bisa bertahan dalam jangka panjang. Jadi HASIL memang penting, namun CARA mencapainya juga mulai diperhatikan. Percuma saja memegang saham perusahaan yang sangat profit, namun tiba-tiba perusahaannya kolaps. Mau diapakan kertas saham tersebut? Ingat, banyak investor yang bunuh diri saat Lehman Brothers dinyatakan bangkrut karena praktek yang bertentangan dengan GCG.
Apa keuntungan penerapan GCG?
Pertama, semakin bagus penerapan GCG, semakin rendah risiko yang dilihat investor. Mengapa? Kemudahan akses untuk mendapatkan informasi yang benar dan transparan, jelas akan mempermudah analisa layak- tidaknya sebuah saham dibeli. Survey oleh Russell Reynolds Associaties (1997) mengungkapkan bahwa kualitas komisaris adalah salah satu faktor utama yang dinilai oleh investor institusional, terutama ketika seorang investor bermaksud melakukan investasi untuk jangka waktu yang lama. Inilah penyebab saham ASII paling asyik dilirik investor.
Kedua, penerapan corporate governance akan berdampak terhadap nilai perusahaan lewat pengurangan biaya modal perusahaan. Perusahaan yang menerapkan GCG akan lebih dipercaya sehingga risiko peminjaman uang menjadi lebih kecil. Tentunya ini berbanding lurus dengan biaya modal, sehingga diharapkan bisa memperoleh modal dengan lebih murah. Pada metode discounted cash flow, nilai perusahaan adalah ekspektasi arus kas perusahaan dibagi dengan biaya modal. Jika angka pembagi mengecil, nilai perusahaan akan naik.
Ketiga, para stakeholder (para pihak yang berkepentingan) dalam lingkungan perusahaan tersebut akan mendukung keberadaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan, karena mendapat jaminan bahwa mereka juga mendapat manfaat maksimal dari segala tindakan dan operasi perusahaan dalam menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan. Sayangnya masih ada perusahaan publik yang melalaikan hal ini seperti EMDE yang sering membuat para konsumen sebagai stakeholder, merasa ketar-ketir di projek Urbana Karawaci.
Keempat, mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang saham sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. Biaya-biaya ini dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai akibat penyalahgunaan wewenang oleh manajemen. Baru-baru ini di Jambi, Kepala Cabang dan bendaharanya ditahan karena menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi. Bisa juga karena manajemen menggunakan sumber daya perusahaan untuk kepentingan pribadi. Contohnya adalah Mark Hurd yang dilengserkan oleh HP. Tragisnya, selama ini Hurd dikenal ketat dalam hal pengelolaan dana perusahaan. Namun hasil investigasi perusahaan menunjukkan indikasi adanya aliran dana tak wajar ke rekening Jodie Fisher yang dikenal sebagai bintang film porno, bernilai antara 1.000 dan 20.000 dollar AS.
Biaya agency cost juga bisa muncul dalam rupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya hal tersebut diatas. Sialnya sudah keluar untuk biaya pengawasan, tetapi sang pengawas tetap juga berselingkuh karena pendapatan dari biaya pengawasan ini begitu besarnya. Maka sang pengawaspun jadi tergiur membela yang diawasinya sendiri. Lihat saja kasus Arthur Andersen yang bermain mata dengan Enron. Yang sekarang lagi heboh adalah di sektor perbankan Amerika Serikat. Terjadi kasus pengawasan dimana Departemen Keuangan (DFS) Negara Bagian New York menuduh Deloitte LLP menyembunyikan rincian transaksi antara Standard Chartered Bank dan Pemerintah Irak padahal Deloitte cabang AS adalah perusahaan konsultan keuangan terbesar kedua di dunia.
Kelima, akan menenangkan hati dan pikiran para founding fathers yang berniat pensiun di family business karena uangnya aman dikelola oleh BOD. Hal inilah yang kami bantu di family business di Jakarta, Medan, Bandung dan Surabaya. Ada suatu fenomena di family business dimana sejak anak-anak founding father balik dari luar negeri, mereka melihat perusahaan ayahnya perlu bertransformasi menjadi lebih profesional. Dimana hubungan dan peran antar founding father-BOC-BOD perlu diatur secara lebih tegas dan memenuhi unsur GCG. Tujuannya? Untuk mencegah “perang saudara”.
Bagaimana menerapkan GCG? Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate governance yang gampangnya diingat sebagai TARIF, yakni:
Transparency (keterbukaan penyajian laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu, sistem penggajian eksekutif dan komisaris di perusahaan sampai penyajian informasi lain yang relevan), Accountability (kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif), Responsibility (perusahaan harus bertanggung jawab akan tiga hal: mengejar laba, memenuhi tanggung jawab sosial, menjaga pertumbuhan yang berkesinambungan), Independency (perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen), serta Fairness (perlakuan yang adil dan setara terhadap para pemegang saham, baik mayoritas maupun minoritas)
Yang jelas, dengan penerapan GCG, perusahaan akan mendapatkan TRUST. Dalam jangka panjang tentunya mengangkat citra dan reputasi perusahaan, baik publik seperti yang terjadi pada Astra, Bank Mandiri, CIMB Niaga, dan BCA. Juga non publik dan family business. Ingat, biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memperbaiki reputasi bisa jauh lebih mahal dibanding memelihara GCG. Bagaimana pendapat anda?
Penulis :
Daniel Saputro, MM., MBA.
Senior Corporate Advisor
Daniel Saputro dan tim BusinessBuddy Int memiliki pengalaman 21 tahun dalam perbaikan kinerja perusahaan. Kami aktif memberikan pembekalan maupun konsultasi terutama di bidang transformasi dan manajemen perubahan di 4 area yakni: Business Model (termasuk Balanced Scorecard dan Strategy Map) – People Development – Process – Culture Internalization, yang mengarah ke Auto Pilot System.
Nuqul Group (Yordania) dan Banpu (Thailand) adalah contoh perusahaan internasional yang telah menggunakan jasa konsultasinya. Di dalam negeri, Daniel menjadi konsultan bagi banyak perusahaan maupun institusi pemerintah. Di antaranya Jamsostek, Bea Cukai, Sekretariat DPR, Jasa Sarana BUMD Jabara, BioFarma Bandung, Kementerian Keuangan PUSINTEK, Pertamina, LPP BUMN di Jogja dan BTN.
Perusahaan swasta nasional sering menunjuk Daniel sebagai konsultan. Sebut saja Indocement, Triputra, Bosowa (Makasar), Tunas Ridean Group, MusimMas (Medan), Capella (Medan), CPSSoft, ILP, Darya Varia, KPUC (Samarinda), Medifarma, Prafa. Indospring (Surabaya) dan Acer (Jakarta) , Infomedia dan Sentul City. Beliau juga aktif memberikan pelatihan di Chevron, Astra, Commonwealth Bank, TOTAL EP, Holcim dan banyak lainnya
Di sisi lain, Daniel Saputro juga memiliki minat yang besar terhadap dunia pendidikan. Karena itu, kini, dia aktif menjadi fasilitator MiniMBA serta pengajar mata kuliah bisnis dan pemasaran di program S2. Daniel juga menggunakan tulisan sebagai sarana untuk membagikan ilmunya. Ia menjadi kontributor untuk Tabloid KONTAN, Swa, dan Jakarta Post.
Untuk Family Business, kami membantu suksesi dan transformasi menuju perusahaan yang lebih professional. Dengan cara membentuk Leadership yang profesional dan menggunakan KPI berbasis balanced Scorecard.