Pencarian umur panjang merupakan hasyrat manusia yang bergulir tanpa henti. Konon umur manusia seolah berhenti jika berada di Shangri-La, surga dunia yang aman & damai. Digambarkan Shangri-La sebagai lembah mistik, harmonis dan tertutup di ujung barat Pegunungan Kunlun. Shangri-La adalah tempat fiksi yang digambarkan dalam novel Lost Horizon tahun 1933 oleh James Hilton.
Shangri-La telah menjadi identik dengan mitos utopia – bahagia secara permanent. Orang-orang yang tinggal di Shangri-La hampir abadi, hidup bertahun-tahun di luar hidup normal dan sangat lambat penuaannya. Bahkan Nazi mengirim team ekspedisi mencarinya pada tahun 1938. Untung mereka tidak menemukannya!
Sejatinya pencarian keabadian di perusahaan (sustainability) adalah refleksi pencarian keabadian manusia. Menjadi juara untuk jarak pendek (sprinter) memang penting, akan tetapi tidak kalah penting perusahaan memfokuskan kesuksesan pada jangka panjang (marathoner). Sudah banyak pakar manajemen strategi yang berusaha mencari tahu faktor –faktornya. Sebut saja Arie de Geus yang berkarir di Royal Dutch (Shell) selama 38 tahun. Dasar pemikiran De Geus sederhana saja. Ia percaya bahwa perusahaan tak ubahnya seperti mahluk hidup! Organisasi yang mampu bertahan adalah yang mampu beradaptasi ala pemikiran Darwin.
Sebagai tenaga pengajar di London Bussines School dan anggota MIT Center, De Geus menemukan bahwa perusahaan besar yang masuk daftar Fortune 500 rata-rata hanya memiliki kurun hidup yang pendek, yakni antara 40-50 tahun. Bahkan usia perusahaan di Silicon Valley rata-rata hanya 10 tahun.
Sedangkan perusahaan panjang umur – berusia di atas satu abad – sangat sedikit. Di antaranya adalah Stora (700 tahun) dari Swedia, Sumitomo Group (berdiri sejak 1590), Mitsui serta Matsushita dari Jepang, Unilever dan Royal Dutch Shell dari Belanda serta GE dari Amerika.
Indonesia ternyata memiliki lebih dari 150 perusahaan swasta nasional plus BUMN yang mampu eksis lebih dari 50 tahun. Sepertiganya bahkan sudah menembus satu abad seperti Nyonya Meneer atau AJB Bumiputera (1912) dan Jamu Jago (1918). Juga ada Kimia Farma (1817) yang semula berupa perusahaan perdagangan obat dengan nama NV Chemicaliend Handle Rathkamp & Co, atau Bank Rakyat Indonesia (1895) yang dulu merupakan Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren alias Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi. Perusahaan yang telah melangkah di usia lebih dari satu abad, mayoritas memang menyandang status BUMN. Sebab, perusahaan berdiri sebagai hasil menasionalisasi perusahaan yang berdiri sejak zaman Belanda.
Jangan dulu terpesona dengan langkah para raksasa. Untuk yang tetap bisa bertahan hingga lebih dari 50 tahun, ada Bank NISP (sekarang OCBC NISP), Optik Seis, Nojorono serta Astra Grup. Apa rahasianya?
Di 1997, dalam buku The Living Company: Habits for Survival in A Turbulent Business Environment, Arie de Geus membeberkan 4 resep umur panjang perusahaan, yakni:
Pertama, Sensitif terhadap lingkungan. Perusahaan-perusahaan tersebut belajar dan beradaptasi dengan kondisi lingkungan bisnis yang berubah. Belajar berarti: memiliki kelenturan sehingga walau perusahaan pernah mengalami kemunduran dan berbuat kesalahan, namun mampu membalikkan keadaan. Beradapatsi berarti: perilaku inovasi tiada henti karena nyaris tak ada posisi yang selamat dari kemungkinan untuk ditiru (replication) atau digantikan (replacement). Lihat saja inovasi yang terbaru dari Astra yakni: Agya dan Ayla.
Kedua, Kohesif. Perusahaan dapat hidup lama, jika semua orang didalamnya merasa bahwa mereka adalah bagian dari satu entitas. Punya kesatuan yang solid, kohesif dengan identitas yang kuat. Perusahaan legendaris umumnya tidak melakukan pemusatan kekuasaan (sentralisasi) di tangan satu tokoh, entah itu founder, owner, ataupun eksekutif. Walau beberapa masih berstatus perusahaan keluarga, ternyata yang mampu bertahan adalah yang sudah menyerahkan pengelolaan organisasi kepada para profesional. Kalaupun masih dipegang oleh keluarga, biasanya yang terpilih adalah mereka yang sudah mengenyam pengalaman dan pendidikan professional. Contohnya adalah: keluarga Sinar Mas dan Ciputra.
Ketiga, Toleran. Perusahaan menghindari menggunakan terlalu banyak kontrol yang terpusat . Mereka melakukan desentralisasi dengan otoritas lebar untuk mengambil keputusan. Toleran akan aktivitas “non-core” pada sisi luar perusahaan, yang mungkin saja menjadi core pada masa mendatang. Astra Agro dan UT adalah contohnya di grup Astra.
Keempat, Frugal – Konservatisme dalam financing. Perusahaan cenderung menghindari resiko dan mengelola keuangan secara konservatif. Kendati demikian, profitabilitas adalah suatu keharusan sebagai sarana agar perusahaan tetap eksis. Adapun bisnis itu sendiri bukan sekadar kegiatan ekonomi untuk shareholder saja, tetapi ada bagian bagi stakeholder, termasuk karyawan dan lingkungan sekitar. Coba perhatikan cita-cita Astra: Prosper with the nation.
Masalahnya adalah: Arie de Geus menemukan ke 4 resep ini di tahun 1997 dan kebanyakan yang disurvey adalah perusahaan asing. Apakah bisa diterapkan dengan begitu saja di Indonesia? Apakah ada modifikasinya? Mengapa tidak bercermin dari yang sukses. Astra telah melakukannya dan dikenal sebagai the Best well-managed company di Indonsia. Pertanyaan berikutnya adalah: Apa ya kunci rahasianya? Menurut penulis : ada 3 yakni Winning Concept, Winnng System dan Winning People.
Penulis :
Daniel Saputro, MM., MBA.
Senior Corporate Advisor
Daniel Saputro dan tim BusinessBuddy Int memiliki pengalaman 21 tahun dalam perbaikan kinerja perusahaan. Kami aktif memberikan pembekalan maupun konsultasi terutama di bidang transformasi dan manajemen perubahan di 4 area yakni: Business Model (termasuk Balanced Scorecard dan Strategy Map) – People Development – Process – Culture Internalization, yang mengarah ke Auto Pilot System.
Nuqul Group (Yordania) dan Banpu (Thailand) adalah contoh perusahaan internasional yang telah menggunakan jasa konsultasinya. Di dalam negeri, Daniel menjadi konsultan bagi banyak perusahaan maupun institusi pemerintah. Di antaranya Jamsostek, Bea Cukai, Sekretariat DPR, Jasa Sarana BUMD Jabara, BioFarma Bandung, Kementerian Keuangan PUSINTEK, Pertamina, LPP BUMN di Jogja dan BTN.
Perusahaan swasta nasional sering menunjuk Daniel sebagai konsultan. Sebut saja Indocement, Triputra, Bosowa (Makasar), Tunas Ridean Group, MusimMas (Medan), Capella (Medan), CPSSoft, ILP, Darya Varia, KPUC (Samarinda), Medifarma, Prafa. Indospring (Surabaya) dan Acer (Jakarta) , Infomedia dan Sentul City. Beliau juga aktif memberikan pelatihan di Chevron, Astra, Commonwealth Bank, TOTAL EP, Holcim dan banyak lainnya
Di sisi lain, Daniel Saputro juga memiliki minat yang besar terhadap dunia pendidikan. Karena itu, kini, dia aktif menjadi fasilitator MiniMBA serta pengajar mata kuliah bisnis dan pemasaran di program S2. Daniel juga menggunakan tulisan sebagai sarana untuk membagikan ilmunya. Ia menjadi kontributor untuk Tabloid KONTAN, Swa, dan Jakarta Post.
Untuk Family Business, kami membantu suksesi dan transformasi menuju perusahaan yang lebih professional. Dengan cara membentuk Leadership yang profesional dan menggunakan KPI berbasis balanced Scorecard.