Ada suatu perusahaan manufaktur gelas yang dulunya sangat berjaya. Sebut saja perusahaan K. Saat itu, hampir semua produk gelas yang ditemui di pasar adalah buatan mereka. Boleh dikata perusahaan ini menguasai pasar dan sulit ditandingi. Namun saat ini pasarnya sudah digerogoti oleh dua pesaing tangguh, yakni Asahimas dan Mulia Glass. Banyak konsumen yang akhirnya berpaling ke dua pesaing ini. Bahkan jikalau diperiksa dengan teliti – mobil keluaran terbaru Toyota Agya & Daihatsu Ayla – kaca mobilnya dibuat oleh Asahimas atau Mulia Glass.
Mengapa perusahaan K ini sampai kalah bersaing? Salah satu penyebabnya adalah: selain tidak adanya perencanaan suksesi yang jelas (dimana peran founding father terlalu besar dan penerusnya tidak siap), juga tidak adanya arah mau kemana perusahaan bergerak (yang dituangkan dalam Road Map Perusahaan). Karenanya, perusahaan hanya bergerak berdasarkan naluri belaka dan tidak punya vision yang tertulis. Dalam jangka panjang pastinya akan jadi malapetaka besar!!
Apa itu Road Map? Road Map adalah peta perjalanan organisasi menuju mimpi perusahaan. Mengapa perlu dibuat secara tertulis dan terlihat mata? Rupanya agar mimpi tadi tidak menjadi angan-angan semata. Ingat, di buku 4 Disciplines of Execution disebutkan dengan tegas perlu adanya Compelling Scoreboard yang bisa dilihat oleh mata. Tujuannya agar bisa dieksekusi.Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan membuat Road Map . Biasanya untuk jangka 5 sampai 10 tahun mendatang.
Jangan juga terlalu jauh sampai 20 tahun. Mengapa? Karena perubahan yang ada di pasar sekarang ini bergerak sangat cepat, sehingga mubazir membuat Road Map terlalu panjang melebihi 10 tahun. Sudah capek-capek dibuat, tak terpakai pula…
Road Map sering juga disebut sebagai Blue Print atau Master Plan perusahaan, sudah banyak dipakai oleh perusahaan yang sukses dipasar. Sebut saja Astra Grup, Triputra Grup, Garuda Food, Garuda Indonesia bahkan Universitas Bina Nusantara sudah menggunakannya.
Bagaimana dengan BUMN? Ada istilah tersendiri yakni Rencana Jangka Panjang dimana dijelaskan hasil yang akan dicapai, umumnya selama periode 10 tahun mendatang dengan memperhitungkan kekuatan dan kelemahan organisasi. Juga peluang dan ancaman yang sudah ada dan yang mungkin timbul. RJP juga harus berisikan visi, misi, nilai perusahaan, tujuan, sasaran, kebijakan, program kerja, dan kegiatan yang realistis, agar bisa mengantisipasi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian.
Membuat Road Map tentunya tidak gampang. Diperlukan seni dan ketrampilan tersendiri. Setidak-tidaknya dalam pembuatan Road Map yang efektif diperlukan 3 unsur penting yakni:
Pertama, Road Map harus didukung oleh konsep yang membumi – yang tidak hanya berdasarkan dari textbook barat – namun diyakini sudah teruji di Indonesia. Soalnya banyak konsep yang beredar dari luar namun belum tentu aplikatif.
Misalnya, ada yang menyebutkan sebelum membuat Road Map, harus mengerti dulu Business Model Generation. Ada yang bilang bahwasanya setiap Road Map harus berisikan Blue Ocean. Tentunya banyak lagi buku buku text book dan pemikiran barat dengan segudang diagram dan langkah-langkah yang kadang bikin pusing. Masalahnya mana ya yang paling aplikatif dengan kondisi bisnis Indonesia?
Yang diusulkan: mulailah dahulu dengan menentukan What business are we in? Di bisnis apa seharusnya kita berada? Apakah tetap di bisnis ini dalam 10 tahun mendatang? Ataukah ingin ekspansi dan pindah ke bisnis lain?
Contoh yang paling bagus adalah grup Astra. Mereka sudah menentukan Road Map sampai dekade ke depan. Bahkan Fortune 500 juga sudah dibidik. Bayangkan betapa visionernya para eksekutif Astra….
Family Business juga perlu menentukan bisnis apa yang akan ditekuni dimana depan. Apakah mau begini-begini saja atau bergerak melebarkan sayap? Berdasarkan pengamatan penulis, dalam 2 tahun ini terjadi perubahan besar di Family Business. Dimana anak-anak yang dulu di sekolahkan di luar negeri, sekarang sudah balik ke Jakarta. Tentunya mereka sudah belajar secara sistematis mengenai strategic manajement. Mereka sudah punya gambaran dan sudah punya visi baru yang lebih menantang.
Sayangnya orang tua mereka masih berpikir dengan gaya lama. Yang lebih mementingkan “hidup hari ini”. Bukankah dengan begini-begini saja bisa mengirimkan sang anak ke luar negeri. Buat apa buat Road Map yang “aneh-aneh”. “Udah…. tekuni apa yang ada saja’, demikian nasehat sang orang tua. Nah, pusing deh si anak.
Bagaimana solusinya? Diperlukan setidaknya 4 hal untuk mengatasinya yakni: ada suatu kejadian besar (misalnya sang founding father mulai sakit-sakitan dan tidak ada penerus), sang anak mengajak professional (untuk mempengaruhi pemikiran sang founding father), menggunakan ERP (untuk memperkuat system) atau membawa konsultan ke dalam.
Kedua, People yang sanggup menginspirasi, mengartikulasikan dan merancang Road Map yang sesuai dengan keinginan para pemegang saham. Memang sih tidak gampang membaca keinginan dan mimpi para pemegang saham. Terkadang mereka menyampaikan keinginan dan visi dengan cara yang rada sulit dipahami.
Misalnya: pokoke uang saya kembali. Tentu yang dimaksud adalah ada Pay Back Time yang jelas atau Return on Equtiy yang signifikan. Pemegang saham juga bisa berkata: pokoknya tidak merepotkan saya. Maksudnya ya likuiditas perusahaan harus dijaga agar tidak minta-minta suntikan modal terus menerus. Intinya: pemegang saham menginpirasi, namun sang CEO lah yang mengartikulasikannya.
Ketiga, Proses yang gampang dijalankan. Percuma membuat Road Map yang sangat visioner tetapi tidak bisa dijalankan. Memang formulasi Road Map lebih gampang dibanding eksekusinya. Karenanya perlu proses tersendiri agar formulasi yang sudah capek-capek dibuat bisa diimplementasikan. Salah satunya adalah dengan menggunakan Management by Objective atau target yang menggunakan scorecard atau angka. Ingat apa yang bisa diukur bisa dilaksanakan…
Membuat Road Map memang tidaklah cepat dan mudah. Namun mengingat perannya yang sangat besar untuk menentukan masa depan perusahaan, ada baiknya mulai besok persiapkan Road Map organisasi anda…!!!
Penulis :
Daniel Saputro, MM., MBA.
Senior Corporate Advisor
Daniel Saputro dan tim BusinessBuddy Int memiliki pengalaman 21 tahun dalam perbaikan kinerja perusahaan. Kami aktif memberikan pembekalan maupun konsultasi terutama di bidang transformasi dan manajemen perubahan di 4 area yakni: Business Model (termasuk Balanced Scorecard dan Strategy Map) – People Development – Process – Culture Internalization, yang mengarah ke Auto Pilot System.
Nuqul Group (Yordania) dan Banpu (Thailand) adalah contoh perusahaan internasional yang telah menggunakan jasa konsultasinya. Di dalam negeri, Daniel menjadi konsultan bagi banyak perusahaan maupun institusi pemerintah. Di antaranya Jamsostek, Bea Cukai, Sekretariat DPR, Jasa Sarana BUMD Jabara, BioFarma Bandung, Kementerian Keuangan PUSINTEK, Pertamina, LPP BUMN di Jogja dan BTN.
Perusahaan swasta nasional sering menunjuk Daniel sebagai konsultan. Sebut saja Indocement, Triputra, Bosowa (Makasar), Tunas Ridean Group, MusimMas (Medan), Capella (Medan), CPSSoft, ILP, Darya Varia, KPUC (Samarinda), Medifarma, Prafa. Indospring (Surabaya) dan Acer (Jakarta) , Infomedia dan Sentul City. Beliau juga aktif memberikan pelatihan di Chevron, Astra, Commonwealth Bank, TOTAL EP, Holcim dan banyak lainnya
Di sisi lain, Daniel Saputro juga memiliki minat yang besar terhadap dunia pendidikan. Karena itu, kini, dia aktif menjadi fasilitator MiniMBA serta pengajar mata kuliah bisnis dan pemasaran di program S2. Daniel juga menggunakan tulisan sebagai sarana untuk membagikan ilmunya. Ia menjadi kontributor untuk Tabloid KONTAN, Swa, dan Jakarta Post.
Untuk Family Business, kami membantu suksesi dan transformasi menuju perusahaan yang lebih professional. Dengan cara membentuk Leadership yang profesional dan menggunakan KPI berbasis balanced Scorecard.