Indonesia memiliki jumlah penduduk paling besar di Asia Tenggara. Namun faktanya penetrasi keuangan Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara lain di Asean, hanya 21,7%. Padahal Filipina saja sudah di atas 30%, bahkan Malaysia di kisaran 60-70% (OJK, 2014). Minimnya pemahaman masyarakat akan produk dan lembaga jasa keuangan ini menyebabkan banyak masyarakat kurang dapat mengelola keuangannya dengan baik. Sehingga kebutuhan edukasi keuangan sangat dibutuhkan, sehingga akan lebih masyarakat yang dapat mengetahui dan kemudian tertarik untuk membiasakan hidup produktif serta belajar berinvestasi untuk masa depan.
Hal ini terutama diperlukan bagi perempuan yang terkenal sangat hobi belanja. Sebuah survey yang dilakukan OnePoll menjelaskan bahwa rata-rata perempuan menghabiskan waktu 3 tahun untuk berbelanja sepanjang hidupnya. Serta dari 2.000 perempuan yang diteliti tersebut rata-rata berbelanja sebanyak 301 kali dalam setahun.
Frekuensi yang cukup sering tersebut nyatanya tidak beriring dengan pemahaman konsep belanja yang baik. Sebanyak 70% masyarakat disinyalir tak punya rencana keuangan jangka panjang (Ekonomi, 2002). Sehingga tidak mengherankan bila kebanyakan dari item belanjaannya tersebut lebih bersifat konsumtif.
Pendidikan formal memang diharapkan dapat menjadi penyangga renggangnya pemahaman belanja yang baik ini dikalangan masyarakat. Namun ternyata tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku keuangan (financial habit) pelajar dan mahasiswa juga tidak jauh dari cenderung konsumtif (Majalah SWA, 2015). Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, sebuah penelitian pada 2009 lalu menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa di Malaysia juga memiliki pengetahuan keuangan (financial literacy) yang kurang tinggi, dan hal ini dapat menyebabkan pada saat membuat keputusan keuangan setiap hari menjadi tidak terarah dengan tepat. Sehingga dalam hal ini pelatihan informal semacam ini perlu ditingkatkan. Agar semakin banyak masyarakat yang memiliki pemahaman yang cukup terhadap pengaturan keuangan yang baik.
Lantas, mengapa perempuan lebih membutuhkan pelatihan ini? Berdasarkan penelitian di tahun 2006, 2008, dan 2009 disebutkan bahwa laki-laki memiliki kecendrungan lebih baik dalam membuat keputusan keuangan, karena memiliki pemahaman finansial yang lebih tinggi. Bahkan laki-laki relatif lebih mandiri secara finansial serta lebih percaya diri dalam mengelola keuangan dibandingkan perempuan. Demikian pula penelitian terkait dengan tingkat pemahaman keuangan masyarakat terdidiknya. Hasilnya membuktikan bahwa mahasiswa masih mungkin lebih tepat mengelola keuangan dibanding mahasiswi. Terutama yang berkaitan dengan pengetahuan investasi, kredit, dan asuransi.
Sehingga melalui program pelatihan ini para peserta akan mendapatkan pemahaman mengenai perencanaan keuangan yang sederhana dan mudah diterapkan. Dengan metode penyampaian yang dibawakan secara :
- Inspiring dimana cara penyampaian instruktur akan membuat peserta tergerak untuk menerapkannya dalam kegiatan rutinnya sehari-hari.
- Practical karena dilengkapi dengan form yang langsung dapat digunakan dan studi kasus.
- Enjoyable dengan metode instruktur yang akan membuat pelatihan diselingi aktivitas yang menyenangkan, sehingga peserta relaks dan antusias selama pelatihan.
Sasaran Pelatihan
Setelah mengikuti pelatihan ini, para peserta diharapkan:
- Mengetahui Tahapan Perencanaan Keuangan Syariah
- Mampu Menyusun Tujuan Keuangan
- Dapat Melakukan Financial Check- Up
- Dapat Mempersiapkan Dana Darurat
- Mengerti Pentingnya Proteksi dan Investasi
- Mendapatkan Tips Praktis Perencanaan Keuangan bagi Muslimah
Outline Materi
- Membangun Kemandirian
- Mengapa Perencanaan Keuangan Syariah Dibutuhkan
- Membuat Daftar Belanja & Financial Check Up
- Mempersiapkan Dana Darurat & Pengenalan Asuransi Syariah
- Mengelola Hutang
- Percaya Diri hadapi Masa Depan
- Pengenalan Economics Value of Time
- Membuat Perencanaan Keuangan Pribadi & Keluarga
- Membangun Kepedulian
- Anggaran untuk Pajak, Zakat & Sumbangan
Terkait materi terakhir mengenai Pajak dan Zakat didetilkan dan dilanjutkan pada pelatihan Sinergi Pajak dan Zakat, dipertemuan berikutnya.
Peserta
- Masyarakat umum yang ingin memperbaiki pola pengelolaan keuangan pribadinya.
- Istri/Suami yang ingin menyusun perencanaan keuangan keluarga.
- Karyawan dan wirausahawan yang ingin membuat rencana keuangan perusahaannya.
Metode Pelatihan
Interaktif dimana peserta dengan bimbingan instruktur akan :
- Enhanced Lecture
- Group discussion
- Exercise
- Experiential simulation, such as : Role-play, games, and Skill practice
Facilitator
DR. Ai Nur Bayinah, SEI., MM., IFP
DR. Ai Nur Bayinah, SEI., MM., IFP memiliki pengalaman sebagai pengajar dan praktisi keuangan dan akuntansi syariah tersertifikasi sejak 2007 dan saat ini diamanahi sebagai Direktur Eksekutif dari sebuah unit penelitian bernama SEBI Islamic Business & Economics Research Center (SIBERC). Beberapa tulisannya telah dimuat di media dan jurnal nasional serta dipublikasikan dalam seminar dan konferensi nasional maupun internasional. Sebagai penanggungjawab kolom kerjasama SIBERC dengan media massa nasional, ia setiap bulan rutin mengelola diskusi ekonomi syariah kontemporer sebagai bahan sosialisasi dan edukasi ekonomi Islam untuk masyarakat Indonesia.
Selain itu, Ibu empat anak ini juga rajin melakukan sosialisasi tentang perencanaan keuangan Syariah serta mengisi kajian di berbagai komunitas, sekolah, perguruan tinggi, dan perkantoran untuk mengajak khususnya lebih banyak perempuan berbelanja secara produktif dan mengelola keuangannya dengan lebih baik. Di antara bukunya yang telah terbit berjudul “Ladies, belanjakan saja semua uangmu!”, “Bayar Pajak Lebih Murah”, dan “Perencanaan Wakaf” menjadi bagian dari upaya edukasi tersebut.
Setelah menyelesaikan S3 konsentrasi Ekonomi Syariah UIN Jakarta, dan mengambil sertifikasi perencana keuangan syariah (Islamic Financial Planning), ia semakin aktif mengedukasi dan menulis tentang keuangan Islam, akuntansi, pajak, zakat, wakaf, dan investasi.